Search This Blog

Wednesday, April 13, 2016

Review Kereta Api Argo Parahyangan

Stasiun Bandung. Sumber Gambar : Wikipedia

April Holiday menjadi moment yang dipilih oleh PT KAI untuk memberikan Promo tiket di seluruh jurusan. Sebagai orang yang seneng jalan-jalan, tentunya promo ini saya manfaatkan sebaik-baiknya. Sekalian move on dari shuttle travel Bandung – Jakarta yang sekarang sudah nggak bisa dipastikan lagi waktu tempuhnya, dengan tarif yang kini kurang bersahabat. Artinya, tarifnya sudah nggak sesuai dengan pelayanan yang ditawarkan.

Tapinya...terakhir saya naik kereta Bandung – Jakarta itu sekitar tahun 2008. Sudah lama sekali, ya? Setelah itu nggak pernah sama sekali. Jadi saya jelas lupa soal menyoal nanti turunnya keluar di pintu mana di Gambir sana.

Well...prosedur pertama adalah pemesanan tiket Argo Parahyangan di WEB KAI (https://tiket.kereta-api.co.id/). Saya pesan tiket pulang (Gambir – Bandung) tanggal 10 April 2016. Dapat tiket Kelas Eksekutif seharga Rp 50.000,- saja. Harga normal tiket kereta api Argo Parahyangan kelas Eksekutif jurusan Bandung – Gambir berkisar antara Rp 100.000 hingga Rp 120.000. Lumayan banget kan diskon hingga 50% nya. Kemudian tiket bisnis dari harga normal Rp 75.000 – Rp 95.000, bulan April ini dibanderol dengan harga Rp 40.000. Sangat ekonomis tentunya. Tapi sayang, karena keberangkatan saya ke Jakarta mendadak, saya sudah tidak bisa booking via web. Karena kebijakan PT KAI, 2x24 jam menjelang keberangkatan sudah tidak bisa lagi booking tiket via web KAI. 

So...saya datang langsung ke stasiun Bandung. Sudah banyak mesin tiket online disana. Hanya saja, banyak orang lebih memilih pembelian secara manual di loket. Padahal ngantri panjang lho...

Kalau saya sih pilih praktis saja. Saya ngantri sebentar di depan mesin tiket online, kemudian memilih kereta, jam keberangkatan, memilih kelas dan seat, mengetikkan nama, nomor identitas, lalu konfirmasi. Setelahnya, kita bisa membayar dengan uang cash, kartu debit, maupun e-money. Saya pilih pembayaran dengan uang cash Rp 75.000. Masukkan uangnya satu per satu ya. Jangan sampai uang terlipat, lecek, atau robek. Nanti mesinnya nggak mau terima. 

Setelah uang masuk, keluar resi seperti ini :

Resi Pembelian Tiket Lewat Mesin Otomatis di Stasiun
Resi dapat ditukar dengan tiket minimal 12 jam sebelum waktu keberangkatan, hingga menjelang keberangkatan. Kalau kata petugasnya sih maksimal penukaran resi dengan tiket itu satu jam menjelang keberangkatan. Yang aslinya, bikin nggak praktis banget. Tapi ternyata, setelah saya coba, saya datang 15 menit sebelum kereta berangkat. Tapi tiket masih bisa tuh dicetak. 

Check in Counter untuk mencetak tiket
Mencetaknya juga bukan ngantri di loket ya...tapi di depan mesin ini. Kita tinggal scan barcode dari resi kita, atau memasukkan kode booking kita di layar. Setelah itu tekan tombol cetak. Tiket pun keluar dengan manisnya :D

Tiket Argo Parahyangan Kelas Bisnis
Untuk Bandung – Gambir, saya dapat seat di Kelas Bisnis, kurang lebih tampilannya seperti ini :

Gerbong Kelas Bisnis
Pulangnya (Gambir – Bandung), saya naik kelas eksekutif, yang tampilannya seperti ini :

Gerbong Kelas Eksekutif
Kalau buat saya, Argo Parahyangan Kelas Bisnis dan Kelas Eksekutif nggak jauh beda. Kenyamanannya hampir sama. Pelayanannya juga sama. Di kelas bisnis kursinya memang nggak bisa distel, tapi cukup nyaman kok. Apalagi saya bukan tipe orang yang seneng tiduran di kereta jarak dekat. Sehingga untuk perjalanan Bandung – Jakarta, kelas bisnis lebih cocok buat saya. Karena di kelas tersebut kacanya nggak terlalu gelap, sehingga kita bisa leluasa motret atau menikmati pemandangan. Sedangkan di kelas eksekutif, selain terlalu dingin suhunya, kacanya juga lebih gelap. Hasil fotonya agak kurang bagus kalau menurut saya. Kelebihan kelas eksekutif karena kursinya bisa dibuat tidur dan dikasih bantal. Selebihnya, pelayanan diberikan sesuai standar. Baik untuk kelas bisnis maupun kelas eksekutif.

Tadi kita sudah ngomong cara pesan, bayar, dan mencetak tiket KAI. Selanjutnya, karena saya kurang gaul (baca : Aliran pengguna Shuttle), saya sempet bingung nih saat mau keluar stasiun Gambir. Pintu utara, atau pintu selatan, ya? Walhasil, saya keluar di pintu utara, terus habis itu saya jalan ke pintu selatan. Nggak praktis banget ya? Maklum, newbie. Masih belum tau yang paling efisien menuju stasiun tanah abang. Karena rumah saya di daerah Serpong, saya harus melanjutkan perjalanan lagi ke stasiun tanah abang. Setelah cek dan ricek, yang paling tepat adalah saya harus keluar di pintu utara, kemudian keluar gerbang yang deket Monas (turun tangga belok kanan). Kalau dari toilet, belok kanan. 

Dari situ, kita bisa langsung order Gojek, Grab Bike, atau transportasi lainnya. Tinggal pilih sesuai dengan keinginan anda. Kalau saya kebetulan cuma install aplikasi gojek di smartphone, sehingga saya pilih itu. Tarif dari Stasiun Gambir ke Stasiun Tanah Abang Rp. 12 ribu, dengan waktu tempuh perjalanan sekitar 10 s.d 15 menit. Sedangkan commuter line dari Stasiun Tanah Abang ke Stasiun Rawabuntu, hanya dikenai tarif Rp 2000 rupiah saja. Tapi karena saya nggak punya e-money, saya bayar Rp. 13.000, dimana yang Rp. 11.000 itu digunakan sebagai uang jaminan kartu Commuter Line. 

Buat yang mau ke Jakarta, Kereta Api bisa menjadi pilihan. Selain waktu tempuhnya yang relatif bisa diperkirakan (Meskipun saya mengalami keterlambatan hingga 30 menit), KAI juga nyaman dan kita bisa sambil refreshing di Perjalanan. Melihat pemandangan yang bagus antara Bandung - Jakarta. Kalau soal repot sih memang lebih repot dibandingkan dengan naik shuttle :D

Semoga layanan KAI lebih baik ke depannya.