Search This Blog

Monday, October 3, 2016

Kamojang Hill Bridge, Jalur Pembuka Cukang Monteng - Garut



Tulisan saya mengenai Kamojang Hill Bridge sebelumnya pernah diterbitkan oleh inindonesiaku.com , yang bisa dilihat disini 

Tapi nggak ada salahnya ya, karena mengandung informasi, maka saya akan repost disini, dengan bahasa dan foto yang berbeda. 

Kamojang Hill Bridge
"Si Kuning” yang melintang di jalur Cukang Monteng ini terletak dekat dengan Garut, namun secara geografis masuk ke dalam wilayah Ibun, Kabupaten Bandung. Terakhir saya melewatinya di pertengahan tahun 2015, jembatan tersebut sama sekali belum terlihat bentuknya. Baru konstruksinya saja yang dimulai dengan meratakan tanah dan pondasi. Sekarang, warna kuning cerah jembatan yang dinamakan “Kamojang Hill Bridge” ini menjadi magnet tersendiri bagi para bikers, penggemar touring, dan pelancong yang ingin mengunjungi kawah abadi di kawasan Kamojang. 

Kamojang Hill Bridge
Kamojang Hill Bridge ini dapat anda capai melalui tiga jalur alternatif, yaitu melalui Keluar Tol Cileunyi - Rancaekek - Cicalengka - Garut – Samarang – Kamojang. Jalur kedua melalui Keluar Tol Moh. Toha/Tol Buah Batu - Baleendah - Ciparay -Majalaya - Paseh - Kamojang. Sedangkan jalur ketiga, setelah keluar tol Cileunyi - Rancaekek - Majalaya, Paseh - Ibun - Kamojang. Saya sendiri biasanya melewati jalur ketiga ini. Jalur yang biasanya digunakan sebagai jalur alternatif saat mudik lebaran, selain jalur Cijapati. 

Pokoknya banyak jalan menuju Kamojang. Karena saya hampir setiap hari melakukan perjalanan Bandung-Kamojang, saya sampai hafal semua jalan menuju tempat ini. Driver Kantor, Pak Dayat yang selalu memberi tahu dan melakukan eksperimen terhadap jalur baru. Sehingga setiap kali ke Kamojang, saya akan memilih jalur berdasarkan jam demi menghindari macet. Ini dia driver yang selalu bereksperimen : 


Jalur kedua dan ketiga menuju Kamojang memang lebih menantang jika dibandingkan dengan jalur pertama. Jalan terjal, sempit, dan berliku menjadi tantangan tersendiri buat para pengendara. Tanjakan Monteng pun cukup terkenal sebagai tanjakan yang paling mematikan di daerah tersebut. Namun, segala kesulitan itu terbayar ketika kita melihat pemandangan di kanan kiri jalan. Gunung Kamojang menjulang gagah, hamparan sawah yang luas membentang dengan tatanan terasering berundak laiknya tangga yang menghubungkan antara kaki gunung dengan puncak Kamojang. 

Jalur di jalan baru Kamojang - Cukang Monteng

Hutan Kamojang
Saat itu, pukul empat sore saya melewati jembatan ini. Sinar mentari yang lembut menyorot tepat di lengkungan tiang Kamojang Hill Bridge. Memberikan kiasan warna yang menawan dan berkilauan. Hutan hijau nan lebat di sekitarnya nampak kontras dengan warna Kuning jembatan Kamojang. Membuatnya bersinar sekaligus gagah perkasa di tengah alam yang rimba.
Irish, model sore itu :D
Kalau anda ingin merasakan ketenangan dengan berkunjung ke tempat wisata yang disediakan Tuhan, di kawasan ini terdapat 6 kawah abadi kebanggaan masyarakat Garut. Nama kawah tersebut unik, seperti Kawah Hujan, Kawah Kereta Api, Kawah Nirwana, Kawah Manuk, Kawah Cibuliran dan Kawah Kamojang. Diantara keenam kawah tersebut, Kawah Hujan dan Kawah Kereta Api (Geyser) menjadi objek yang paling diminati wisatawan. Meskipun kawah lainnya pun tak kalah indahnya. Jangan khawatir biaya masuk kawah tersebut. Hanya dengan Rp 5.000,00 saja, ada bisa menikmati sauna alami dan berendam air panas di kawasan geothermal. 

Ayo, tunggu apalagi untuk main ke Kamojang? Wisata alam kebanggaan Garut, anugerah manis dari Tuhan yang diberikan pada rakyat Indonesia.

Terbenamnya Matahari di Rimba Kamojang

Icon Kamojang

Dulu, saat mendengar kata Kamojang yang ada dalam pikiran saya adalah drama serial radio. Namanya yang klasik selalu mengajak kita seolah kembali ke masa-masa kerajaan berjaya. Selain klasik, Kamojang juga memiliki makna magis yang sulit diungkapkan dengan kata dan membangkitkan rasa penasaran kita. Siapa yang sangka, akhirnya tahun 2016, hampir setiap hari saya melakukan perjalanan Bandung-Kamojang untuk keperluan pekerjaan. Sehingga saya lumayan hafal daerah ini. Anyway, sebelum saya bahas lebih jauh, yuk kita telisik dulu, asal-usul Kamojang.

Secara harafiah, Kamojang berarti wanita yang paling cantik. Tak ayal karena Kamojang terletak di tanah Sunda, yang konon diciptakan saat Tuhan sedang tersenyum. Semua yang ada di tanah Sunda terlihat memesona. Mulai dari mojangnya, pemandangan alamnya, keramahan masyarakatnya, juga kulinernya. Keelokan kamojang sudah disadari oleh J.B. Van Dijk sejak tahun 1918. Ia adalah seseorang berkebangsaan Belanda yang melakukan perjalanan ke Kamojang. Van Dijk melihat potensi uap panas bumi di Kamojang, lalu mengusulkan pemanfaatan sumber energi panas bumi di kawasan tersebut. Kini, berkat sumber energi panas bumi di kawasan Kamojang, terdapat dua pembangkit listrik tenaga geothermal milik Indonesia.

Tak hanya potensi alamnya yang luar biasa untuk kemakmuran rakyat, Kamojang juga menyimpan potensi pariwisata yang menawan. Keindahan bentang alam khas pegunungan di tengah rimba memberikan pesona tersendiri bagi para pelancong. Terutama para bikers yang menyukai track menantang. Jika tidak hati-hati, jalan berliku yang tak disertai pembatas dapat membuat kita terjun bebas seketika ke dalam jurang. Maka dari itu diperlukan konsentrasi yang tinggi saat melewati jalur Kamojang, terutama pada saat kabut turun.

Kabut di Kamojang
Wisata alam yang populer di Kamojang adalah kawahnya. Terdapat enam kawah yang memiliki nama unik, yaitu Kawah Hujan, Kawah Kereta Api, Kawah Nirwana, Kawah Manuk, Kawah Cibuliran dan Kawah Kamojang. Menurut masyarakat setempat, penamaan kawah didasari atas bunyinya. Seperti kawah Hujan yang bunyi uap dari kawahnya seperti bunyi hujan, kawah manuk seperti bunyi burung bernyanyi, dan seterusnya. Namun menurut saya, Kamojang memiliki keindahan lain. Contohnya jalur ini yang membawa kita seolah akan memeluk gunung.

Jalan di Kamojang
Melintasi Hutan
Atau kalau anda ingin yang lebih menyatu dengan alam, anda dapat mengunjungi kawasan Hutan Pengkayaan Keanekaragaman Hayati yang terletak tak jauh dari Kantor Pembangkit PT. Indonesia Power. Dalam hutan tersebut terdapat aneka ragam biji kopi pilihan, yang nantinya menciptakan kopi khas tanah Pasundan. Selain itu, hutan ini juga dijadikan tempat wisata edukasi dengan biaya murah meriah. Hanya sekitar Rp. 10.000/orang. Dilengkapi dengan jalur ATV, juga track untuk hiking.
 
Gerbang Masuk Hutan
Hutan Pengkayaan Keanekaragaman Hayati
Hutan Pinus
Biji Kopi Pilihan
Kalau anda lapar, tak perlu khawatir. Di Kamojang banyak tersedia warung sederhana namun terjaga kebersihan dan rasanya dijamin enak. Warung yang sering saya singgahi dan highly recommended karena rasa dan harganya yang sangat murah adalah Warung Pojok. Letaknya tak jauh dari Kantor Pertamina Geothermal Energy Kamojang. Selain itu juga ada beberapa warung yang tidak dipasang plang nama, namun semuanya menyajikan masakan dengan rasa luar biasa dan harga yang sangat murah. Sebagai gambaran, anda hanya perlu membayar sekitar 11 ribu rupiah untuk 1 porsi ikan nila asam manis, kakap, dan aneka ikan lainnya. Jadi tak usah takut kantong anda bolong.

Pemilik Kios Sate Jamur di Foodcourt Sentra Wisata Lingkungan Kamojang Hijau (Dok. IP Kamojang)
Kopi di Foodcourt Sentra Wisata Lingkungan Kamojang Hijau (Dok IP Kamojang)
Foodcourt juga tersedia di Sentra Wisata Lingkungan Kamojang Hijau. Sebuah sentra wisata baru yang ditujukan untuk wisata edukasi dan memberdayakan masyarakat sekitar. Sentra wisata ini terletak tepat bersebelahan dengan kantor Pertamina Geothermal Energy Kamojang. Dalam foodcourt tersebut tersedia sate jamur sebagai menu unggulan, juga aneka kopi dari hutan Kamojang. Jika anda ingin membeli oleh-oleh khas Kamojang, anda juga dapat membelinya di foodcourt ini, maupun di display yang telah disediakan. Ada keripik jamur, keripik buah, jamur krispi, keripik cabe, atau souvenir yang terbuat dari kreasi kertas koran, buatan ibu-ibu setempat.

Di Parkiran Sentra Wisata Lingkungan Kamojang Hijau
Menarik, bukan? Tak ada salahnya anda mengajak keluarga turut serta untuk berwisata ke Kamojang, sekedar untuk refreshing, menghirup udara segar, menikmati pemandangan indah, maupun mencicipi kulinernya yang lezat.