Ide ini terlintas waktu saya
bersama Mbak Yanti dan Mbak Wian makan di sebuah plaza di Balubur. Tempat makan
kami berada di lantai dua, menghadap langsung ke jalan raya Balubur dan
Jembatan Pasupati. Melihat hilir mudik orang di bawah dan kendaraan yang
melintas di Pasupati, ditemani rintik hujan juga segelas es kelapa muda,
romantis banget rasanya. Ditambah Mbak Wian lagi pengen vacation, saya otomatis
nyeletuk. “Bromo Yukkk!!!”
Gayung pun bersambut.
Mbak Wian yang nyiapin
itenerarynya. Iseng, mereka berdua ngomporin saya supaya nyoba naik kereta
ekonomi dari Bandung ke Malang. Awalnya saya mengernyit lalu garuk-garuk kepala.
Kelas ekonomi? Yang duduknya hadap-hadapan? Yang orang jualannya berseliweran,
yang pengamennya maksa, yang toiletnya bau, yang ada kambing ikutan duduk
(*lebai karena pernah liat iklan wafer tango kambing pun ikutan dengerin i-pod)
dan yang yang yang selanjutnya. Banyak banget alasan untuk “Say No!” to
economic class in Indonesian train. Saya pun mulai merengek, “eksekutif aja
please...”
Dan kami membooking via online
tiket kereta kelas ekonomi, dan juga tiket kereta kelas eksekutif :D
Meskipun demikian, saya tetap
ngecek kondisi kereta api saat ini. Katanya kan PT. KAI sudah perbaikan layanan
tuh...makanya coba deh lihat perbaikannya kayak gimana. Mulailah googling.
Baca-baca blog orang, katanya sih iya. Kondisi kereta kelas ekonomi sekarang
sudah jauh berbeda dengan kondisi kereta ekonomi jaman dulu. Namun karena tidak
percaya begitu saja dengan blog orang, kami bertiga akhirnya datang langsung ke
Stasion Bandung. Nanya sama mas-mas CS nya, terus memastikan, apakah kereta
Malabar yang rencananya akan kami tumpangi kondisinya layak, dan ada AC nya. Si
masnya jawab dengan pasti, kalau kelas Ekonomi Malabar ada ACnya karena Ekonomi
Plus, toiletnya bersih, juga bebas dari tukang jualan yang berseliweran.
Saya masih juga kurang percaya.
Hehe...dasar ya, bawel.
Saya : Beneran kan mas, yang
jualan nggak masuk ke gerbong? Terus kalau kenyataannya nanti ada yang masuk
gimana? *dengan nada mengintimidasi, supaya masnya nggak boong.
Mas CS : Beneran, teh. Sekarang kami benar-benar
memperbaiki layanan. Kan ada Polsuska yang keliling ngecek keamanan. Kalau
nanti tetap ada yang masuk ke gerbong, langsung lapor aja. *Masnya sabar banget
waktu ngomong ini.
Saya : Oke mas, nuhun pisan. *sambil kasih senyuman
maut :D
Akhirnya kami putuskan berangkat
dengan kereta kelas ekonomi, dan pulangnya dengan kereta kelas eksekutif. Deal.
Tiba saatnya kami pergi ke
Malang, kami masuk ke gerbong kelas ekonomi. Gerbong kami terletak kedua dari
belakang.
Pas masuk....
Wuih....kondisinya layak! Saya
hampir nggak percaya kondisi kelas ekonomi selayak ini. Bahkan ada serombongan
cowok-cowok berpenampilan keren duduk di gerbong ini. Sepertinya mereka juga
mau backpackeran ke Bromo (maklum, lagi musim manjat gunung kalau memasuki
musim kemarau)
Dan pemirsa....Dengan bangga saya
mempersembahkan, penampakan gerbong kelas ekonomi Kereta Api Indonesia :
#Sit in Kereta api Indonesia, economic
class
Acnya berfungsi dengan baik,
sirkulasi udara juga bagus, toiletnya bersih. Disamping itu, para penumpangnya
pun sopan. Tidak ada yang bandel merokok seenak hatinya. Petugas kebersihan juga
rajin hilir mudik mengambil sampah. Jauuuuuh berbeda dengan saat kami naik di
gerbong kelas bisnis Kereta Api Lodaya di Tahun 2012. Kondisi kelas ekonomi
Malabar patut diacungi jempol. Ya...meskipun kursinya jigjreg dan nggak bisa
diapa-apain. Wajar lah...kan harganya murah. Harga tertinggi kelas ekonomi plus
rute Bandung-Malang hanya IDR 195ribu. Sedangkan harga tertinggi untuk
eksekutif IDR 300ribu.
Serunya, kami menemukan teman
seperjalanan yang menyenangkan. Serombongan anak-anak pesantren yang hendak
lomba ke Kediri, dan seorang mahasiswa UPI yang hendak ke Malang. Nah, saya
sama mbak Wian hobby banget nih ngeledekin anak-anak pesantren yang masih
unyu-unyu ini. mbak Wian malah pake acara mewawancarai sampai foto-fotoin tuh
anak segala. Hihihi...seru bangett...jadi nggak bosen di perjalanan. Begitu
bosen, mulai aja ngeledekin anak-anak unyu yang usianya setara dengan siswa kelas
2 SMA. Kalau kita ledekin mereka bakalan tersipu malu dengan muka memerah.
Hahaha...klasik banget deh pokoknya.
Stasiun-stasiun pun kami lewati
dengan gembira. Karena tukang jualannya nggak masuk, jadi kami yang nyariin
mereka. Biasanya mereka sudah menunggu sambil menjajakan barang dagangannya di
pintu gerbong. Mereka menjual makanan dan minuman dengan murah meriah, juga
dengan pelayanan yang super cepat. Kereeen...
Saya sempat beli pecel di stasiun
Cipeundeuy, Garut. Hanya IDR 5ribu, dan rasanya juga enak.
Namun sayangnya...perjalanan kali
ini harus ternodai dengan ulah TANGAN-TANGAN JAHAT!
Saat kereta mulai memasuki
stasiun Banjar, tiba-tiba “PRANGGGG!!!”
“PRAANGGGGGGGGG!!!”
Dua kali.
Kaca jendela kereta dilempar
dengan batu yang besar hingga kaca tersebut hancur berkeping-keping. Hancur
lebur hingga melukai anak kecil yang duduk di pinggir jendela.
Dikala PT. KAI sudah memperbaiki
layanannya, orang terkutuk itu seenaknya melempari kereta. Emang dia nggak
mikir apa bisa bunuh orang? Emangnya dia mau kalau dia lagi naik kereta terus
dilempar batu sampai kepalanya benjut bahkan pecah? Dan emang dia nggak mikir
dia sudah merusak fasilitas negara yang dibeli dari uang rakyat?
Gara-gara dia, anak kecil terluka.
Mengganggu perjalanan Kereta pula. Otaknya nggak tahu ditaruh dimana tuh
manusia. Semoga disadarkan oleh Allah. Toh jika dia menebar kejahatan, dia pula
yang akan menuainya.
Satu jam kami terpaksa berhenti
di stasiun Banjar. Saya nggak kebayang tuh, berapa jalur kereta yang kena
imbasnya gara-gara kereta kami terpaksa berhenti untuk memperbaiki kerusakan.
Untuk sementara, awak kereta api menutup jendela yang hancur dengan triplek.
Lumayan lah, supaya nggak kemasukan angin gelebug (apa coba angin gelebug?)
Anyway....lanjut ya...
Di stasiun ini, ada seorang gadis
muda diantar bapaknya masuk ke dalam kereta. Gadis itu sepertinya baru pertama
kali pergi jauh. Dia mencium tangan bapaknya dengan takzim, lalu duduk
baik-baik dalam kereta. Tepat di sebelah seatnya mbak Wian. Mungkin dalam
perjalanan ini, saya menikmati sekali memperhatikan orang-orang di sekitar.
Gadis itu pun tak luput dari perhatian. Matanya berkaca-kaca, lalu tak lama
kemudian dia menangis.
Sempet trenyuh juga sih...jadi
ingat waktu pertama kali dilepas orang tua sekolah di Purwokerto dulu. Tadinya
saya ingin menemani gadis itu. Tapi sepertinya dia nggak pengin diganggu. Ya
sudah, saya ngobrol-ngobrol saja sama teman sebangku juga anak-anak pesantren
yang lucu-lucu itu...
wah bangga juga ya sama PT.KAI yg memang sudah berbenah. tapi kok masih ada aja org2 jahat yg demen ngelemparin kereta. ini maunya apa sih? sirik gak bisa naik kereta? bosen gak ada hiburan? mestinya ada cara supaya mereka bisa langsung dijerat ya, biar kapok. bener2 nggak tau diri. btw, toiletnya betul bersih?
ReplyDeleteIya, saya setuju tuh pendapat anda. Kalau bisa malah dipenjara saja orang yang tega melempar2 batu begitu. Kriminal soalnya. Btw Toilet di Kelas Ekonomi beneran bersih. Saya merasakan berangkat ke Malang dengan kelas ekonomi plus, pulang dengan kelas eksekutif KA Malabar. Perbedaannya cuma di warna interior toiletnya saja. Kebersihannya sama karena petugasnya selalu standby bersihin.
Deletepulangnya naik apa mbak?
ReplyDelete@Ashani Saroso, Pulangnya saya naik kereta api malabar juga, tapi kelas eksekutif. Kalau mau tahu rincian biayanya, sudah saya tuliskan di postingan saya: Tips & Trik berkunjung ke Bromo
ReplyDelete