Search This Blog

Thursday, June 16, 2016

Sebuah Definisi mengenai "the peace religion" di Indonesia


Melihat pemberitaan media, terutama selama bulan ramadhan ini, mau tidak mau membuat tak sedikit orang yang salah paham ketika mendengar kata "Islam". Sungguh tidak sedikit. Bahkan tak sedikit pula diantaranya yang jadi membenci Islam, tanpa tahu arti sebenar-benarnya islam itu seperti apa. Tanpa mau mengenalinya, tanpa mau membuka telinganya, dan tanpa mau mengkonfirmasi kebenarannya. Hanya bermodalkan "Katanya." Namun setelahnya, orang tersebut mengklaim sudah tahu segalanya soal islam. Lewat "katanya". "Katanya" yang katanya fakta. 

Sebagai bagian dari bangsa yang multi etnis dan multi religion, Marilah kita menelisik dari akarnya. Rootnya. Pernyataan aslinya. Agar kita tak mudah menerima sesuatu yang ambigu, yang tak punya sumber yang jelas, dan hanya bermodalkan "katanya." Agar tidak terjadi miskonsepsi akibat ketidak jelasan sumber "katanya" yang entah kata siapa, kapan diucapkannya, dalam kondisi apa mengucapkannya, dan siapa yang menyuruh menyebarkannya. Tanpa melibatkan proses Tabayyun (Konfirmasi) di dalamnya.

Well...kalau dibahas sih nggak bakal ada habisnya ya. Tapi izinkanlah saya, sebagai seorang islam, menjelaskan dan mengkonfirmasi suatu hal. Sebuah pernyataan sederhana yang mampu saya nyatakan karena keterbatasan ilmu yang saya miliki. 

Secara etimologis, Kata "islam" berakar dari kata bahasa Arab "Salam" yang berarti Damai. Juga berasal dari kosakata Arab "salm" yang bermakna "berserah diri pada Tuhan yang maha Esa." Sehingga secara harafiah, islam bermakna damai, yang didapat dari beserah diri pada Tuhan yang Maha Esa.Orang yang berserah diri pada Tuhan yang Maha Esa disebut muslimin jika laki-laki, dan muslimah jika dia perempuan.

Banyak orang mengira kalau Islam ditemukan oleh Nabi Muhammad SAW. Namun kenyataannya tidak demikian, islam sudah ada sejak dunia ini ada. Nabi Muhammad SAW bukanlah penemu ajaran ini, tetapi utusan terakhir dari Tuhan Yang Maha Esa. Besertanya, Tuhan YME menurunkan Al-Quran. Sebuah buku yang berisi pernyataan terakhir dari Tuhan YME kepada seluruh umat manusia. Buku yang merupakan proklamasi bagi kemanusiaan, didalamnya berisi sumber dari rahmat dan hikmah, petunjuk, peringatan, pelipur lara, dan harapan. 

Islam tak pernah disebarkan dengan kekerasan. Tak pula dengan bom, senjata nuklir, fitnah, apalagi sekedar bungkusan mie instant agar seseorang mau memeluknya. Karena Allah berfiman dalam Q.S Al Baqarah (Sub bab 2, ayat 256) bahwa "Tidak ada paksaan untuk menganut agama islam" Sehingga umat islam sejati selalu menyampaikan islam dengan cara yang lembut. Karena Allah Maha lembut. Menyampaikan dengan cara yang indah, karena Allah Maha indah. Kalaupun ada kekerasan, coba telisik dulu siapa yang melakukannya. Islamkah ia? ataukah hanya boneka yang disuruh mengaku islam?

Karena sejatinya, Tuhan YME memberikan manusia kehendak bebas, yang tak dimiliki oleh makhluk lain. Allah memberikan pilihan pada manusia lewat akal dan pikiran, yang membedakannya dengan makhluk lain. Agar manusia dapat berpikir. Dapat menelaah sehingga nantinya akan menemukan kebenaran tentang siapa dirinya, mengapa dirinya diciptakan, dari apa dia diciptakan, dan siapa yang sebenar-benarnya telah menciptakannya.

kami orang islam mencintai kedamaian. mencintai perdamaian. karena kami meyakini pernyataan Tuhan Yang Maha Esa, lakum diinukum waliyadiin. 

Wallahualam bisshawab.

Cerita tentang sebuah buku petunjuk

Andaikata Al-Quran ditulis oleh manusia, pastinya akan ada Al-Quran edisi 1, edisi 2, edisi 3, edisi ke 100, dan seterusnya. Karena kodrat manusia adalah selalu ada kesalahan, sehingga memerlukan pembaharuan dan perbaikan sesuai perkembangan jaman. 

Andaikata Al-Quran adalah kitab biasa, tentunya engkau takkan menemukan kalimat yang mengandung fakta, yang bahkan baru sanggup dibuktikan oleh para ilmuwan terbaik dunia, ribuan tahun setelah Al-Quran diturunkan.

Andaikata Al-Quran hanyalah sebatas dokumen dari masa lampau, tentunya kau takkan menemukan jawaban atas segala pertanyaanmu hari ini, apalagi hari esok.
Dan masih banyak andaikata lainnya, dari pandangan seorang manusia.

Namun kenyataannya, segala yang ada di dunia dan seisinya, bahkan hingga kehidupan selepas kematian nanti, tertuang di ayat demi ayat dalam kitab yang kurang dari 700an halaman, 30 Bab (juz), dan 114 sub bab (surat).

Tak sedikit yang berkata, Bagaimana mungkin? Bagaimana bisa? Itu hanyalah bualan semata.
Jawabannya sederhana. Tentu saja tidak mungkin, andaikata penulisnya adalah manusia. Tentu saja hanya bualan, jika penulisnya adalah seorang manusia, yang bahkan tak sanggup bernafas jika paru-parunya tak berfungsi.

Tapi kitab ini, Al-Quran, diciptakan oleh Allah SWT, sang pencipta alam semesta. Pemilik dunia dan segala isinya. Dia yang hanya satu, tempat bergantung segala sesuatu, tak bergambar, tak ada yang menyamainya, tak beranak, dan tak diperanakkan sehingga manusia tak sanggup berimajinasi seperti apa sosok Allah itu. Salah satu hal yang membuktikan betapa tidak berdayanya kita sebagai seorang hamba.

Al-Quran ini, diciptakan Allah untuk Hamba-hambaNya, agar mereka mau berpikir. Namun berpikir saja tak cukup, karena kitab ini, hanya bisa diterima jika kita bersedia membuka kalbu. Suatu ruang dalam hati yang hanya diri kita sendiri dan Allah yang bisa membukanya.

Wallahualam bisshawab.