Kala itu matahari belum sepenuhnya
terbit. Ufuk timur masih nampak kemerahan berselaput awan. Debur ombak nan
halus menyapa saya, membuat saya melangkah ke jendela, lalu menyibak tirainya.
Seketika terlihatlah hamparan pasir lembut di depan sana. Mengundang saya untuk
menapakinya.
Segera saya beringsut dari tempat
tidur. Dengan mengenakan sandal jepit, saya siap berlari ke halaman hotel. Air
kolam renang yang sejuk sepertinya memancing hasrat saya untuk menceburkan
diri. Namun niat saya tetap pada sebuah pantai di depan sana.
Pemandangan dari Hotel Horison Bengkulu |
Orang bilang, itulah Pantai
Panjang.
Perlahan, saya menghirup udara
segar dalam-dalam, lalu berjalan menyusuri tangga dan jalan setapak di belakang
hotel. Tetesan embun pagi yang menempel di dedaunan terasa sejuk segar di kulit
saat saya tak sengaja menyentuhnya. Di ujung sana, nyanyian burung pun
terdengar sayup. Seolah mengajak orang-orang untuk bangun pagi dan menikmati
pesona alam di bumi Raflesia.
Lorong jalan menuju Pantai Panjang |
Ya. Disinilah saya sekarang.
Berdiri di atas bumi Raflesia, Bengkulu. Tanah ini adalah tanah yang dahulu
dipertukarkan dengan Singapura pada perjanjian The Anglo-Dutch Treaty of 1824.
Perjanjian ini mengatur pertukaran kekuasaan Inggris di Bengkulu dengan
kekuasaan Belanda di Melaka dan Singapura. Syukurlah, berkat perjanjian
tersebut, kita punya tanah ini sekarang. Tak perlu disesali jika melihat
Singapura kini sudah sedemikian maju. Kalaulah kita mampu mengelola Bengkulu,
niscaya kita dapat menyaingi Negeri Singa itu.
Tak lama saya berjalan, saya
melewati pepohonan nan rindang. Ranting-rantingnya seolah memeluk jalan. Karena
lengah, wajah saya pun basah terkena embun. Namun demikian, basah di wajah kini
tak lagi terasa ketika mendengar deburan ombak yang semakin jelas.
Takjub dan terkesima, itulah
kesan pertama saat saya menginjakkan kaki di Pantai Panjang. Sejauh mata
memandang, pantai ini seperti tak berujung. Pantas orang menyebutnya dengan
Pantai Panjang. Karena pantainya terbentang sekitar 7 km memeluk Kota Bengkulu.
Gumpalan awan berlapis-lapis seperti kapas putih yang melayang di angkasa raya.
Genangan air bahkan memantulkan bias awan nan menawan. Deburan ombak yang halus
menjilat-jilat bibir pantai. Buihnya putih bersih, namun hilang sejenak
bersamaan dengan air yang menariknya ke lautan, untuk kemudian kembali lagi ke
Pantai. Begitu seterusnya.
Berdiri sendirian di Pantai ini
membuat semuanya terasa syahdu. Langsung deh bersenandung.
Disini, di pantai ini...telah terkubur sejuta kenangan. Dihempas keras gelombang...dan
tertimbun batu karang...
Sayangnya, di pantai ini tidak
ada karang yang menghadang. Maka saat air laut pasang, jangkauannya akan lebih
jauh. Hamparan pasir putih berbulir halus yang luas dan landailah jadi gantinya.
Sungguh indah Indonesiaku...
Sebagai informasi untuk anda yang ingin berkunjung ke Pantai Panjang, lokasinya terletak di sebelah barat Kota Bengkulu, yaitu di Jalan Pariwisata Kota Bengkulu. Jaraknya sekitar 1.5 km dari pusat kota dan dapat ditempuh dengan mobil, minibus, taksi, atau motor (tenang saja, jalannya mulus kok). Buat anda para backpacker, jangan khawatir. Tersedia angkutan kota yang siap mengantar anda ke tempat ini. Namun buat anda yang senang menikmati perjalanan santai di Kota Bengkulu, anda bisa mencoba naik sado atau delman. Transportasi tradisional di Kota Bengkulu.