Search This Blog

Saturday, June 7, 2014

AMED, Sisi Lain Pulau Dewata yang membuatku Jatuh Hati



Judulnya provokatif ya? Sengaja. Biar orang tahu bagaimana perasaan saya saat dikasih kesempatan sama Allah untuk mengunjungi tempat ini. Tulisan saya kali ini sekaligus meralat pendapat dan kesan saya di masa lalu. 

Apa sih? 

Oke, saya langsung saja cerita ya...selama ini, Bali yang saya tahu dan saya kunjungi adalah tempat wisata metropolitan. Karena nggak beda jauh sama Jakarta. Apa saja ada di Bali. Dan macetnya mirip-mirip di Bandung. Namun demikian, Bali tak hentinya diekspose di televisi dan berbagai media baik nasional maupun internasional. Makanya, beberapa tahun lalu saya meluangkan waktu untuk mengeksplore tempat-tempat iconic Bali antara lain Pantai Kuta, Nusa Dua, Pantai Sanur, Dreamland, Uluwatu, Tanah Lot, GWK, Pasar Sukawati, dan tentunya seputaran Denpasar – Benoa-Nusa Dua. 

Ternyata...semua biasa saja. 

Bahkan kesan sumpek dan memusingkan membuat saya menganggap Bali adalah tempat yang terlalu biasa buat saya. Teramat sangat biasa sehingga saya dibuat bingung kenapa dunia memujanya. Nggak jarang tuh kalau di forum-forum, bahkan di film, orang menyebut, “Where is Indonesia? Is near from Bali?” mereka bahkan lebih kenal Bali daripada Indonesia.

Berkali-kali saya datang ke Bali, perasaan saya sama saja. Datar. Kalaupun ada teman yang bilang, “Wah...seneng ya ke Bali?” saya hanya mengangguk, lalu berkata dalam hati, “Biasa saja.”

Setiap ada teman yang ke Bali dan bilang tentang pesona Bali, saya nggak percaya. Lagi-lagi, Biasa saja tuh. Nggak bikin saya kepingin kesana, kecuali transit.

Itu pula sebabnya di blog saya tak sekalipun pesona Bali saya tulis. Yang ada saya berkampanye ke teman-teman, Indonesia is not only Bali, guys. Please visit Sulawesi, NTB, NTT, Ambon, Papua, Ternate...so you can find not only one or two perfect place in your life. But many...sooo many amazing place in Indonesia. And I’m sure, you will fall in love with them. 

Aneka sanggahan selalu saya lontarkan ke teman-teman, kalau Pulau Bali nggak segitu amat cantiknya. Nggak asik buat liburan. 

Tapi...suatu hari di pertengahan Mei 2014...seketika pendapat itu berubah. 

Tuhan membalikkan hati saya, dari yang semula menyanggah, mencela, kini berganti dengan mengagumi dan mensyukuri. Saya datang kembali ke Bali dengan cara yang tak biasa, ke belahan lain pulau ini. Saya naik speedboat dari Gili Trawangan, dan mendarat di AMED. Sebuah pelabuhan sederhana yang langsung mengusik hati saya, dan mampu membuat saya tersenyum lebar lalu berucap, Alhamdulillah...

Menggenggam Sunrise dari tepi Volcano Beach, Amed
Sungguh, tempat ini begitu sederhana. Baik dari segi pemandangan, fasilitas, maupun sifat orang-orangnya. Tidak ada yang istimewa. Namun yang berbeda adalah damai di hati. Rasa seperti pulang ke rumah dan disambut oleh sanak saudara. Rasa yang kuat bahwa saya sekarang sedang berada di Negara Indonesia, dengan tradisi dan keramahan Indonesia. Rasa seperti inilah yang tidak saya dapatkan setiap datang ke Bali di tahun-tahun sebelumnya. AMED, Sisi Lain Pulau Dewata yang membuatku Jatuh Hati.


Amed memang tidak terlalu istimewa. Tapi...menawan. Gimana ya jelasinnya? Kalau istimewa tuh Lombok dengan pantai-pantainya. Manado dengan pesona bawah laut dan danaunya, Yogya dengan suasananya, juga Ternate dengan keindahan ajaibnya. Sedangkan Amed tidak seperti itu. Amed, sebuah tempat di wilayah kecamatan Karangasem, punya pemandangan dan suasana yang sederhana, tapi tidak membosankan. Membuat kita betah menikmatinya dan nggak pingin pulang. Sekali lagi saya bilang, Amed itu menawan hati. Istilahnya kalau dalam cinta, kita ketemu soulmate deh. Yang meskipun nggak cakep-cakep amat, di hati nyantol terus. Selalu bikin kita senyum, dan bikin hati kita damai. 

Sekarang saya baru merasa, kenapa seluruh penjuru dunia berlomba-lomba datang ke Bali. Kenapa media tak henti mengeksposenya. Kenapa pula meskipun sudah di bom beberapa kali dan travel warning dari negaranya, tidak ada yang kapok berkunjung ke Bali. Kalau daerah Denpasar dan sekitarnya, benar. Bikin bosan. Tapi ketika kita mengeksplore belahan lain Bali, disitulah terasa Bali yang sesungguhnya. Bali yang ramah, Bali yang masyarakatnya saling menghormati dan baik hatinya, Bali yang sangat Indonesia. 

Berpose bersama Sahabat IDC di Double One Villa, Amed
Terima kasih sahabat IDC, saya sudah diajakin kesini. Trip ini membukakan mata saya bahwa tidak ada ciptaan Tuhan yang tak mempesona. Dengan tulisan ini, saya meralat segala kesan dan tulisan yang saya torehkan di masa lalu kalau Bali itu biasa saja. Karena ternyata, Bali memang luar biasa. 

Meniru proklamasi, Dengan ini saya menyatakan, Don’t just see Bali. But Explore Bali before you die!

With love,
Arum Silviani

No comments:

Post a Comment