Judulnya provokatif ya? Sengaja. Biar orang tahu
bagaimana perasaan saya saat dikasih kesempatan sama Allah untuk mengunjungi
tempat ini. Tulisan saya kali ini sekaligus meralat pendapat dan kesan saya di
masa lalu.
Apa sih?
Oke, saya langsung saja cerita ya...selama ini, Bali yang
saya tahu dan saya kunjungi adalah tempat wisata metropolitan. Karena nggak
beda jauh sama Jakarta. Apa saja ada di Bali. Dan macetnya mirip-mirip di
Bandung. Namun demikian, Bali tak hentinya diekspose di televisi dan berbagai
media baik nasional maupun internasional. Makanya, beberapa tahun lalu saya
meluangkan waktu untuk mengeksplore tempat-tempat iconic Bali antara lain
Pantai Kuta, Nusa Dua, Pantai Sanur, Dreamland, Uluwatu, Tanah Lot, GWK, Pasar Sukawati,
dan tentunya seputaran Denpasar – Benoa-Nusa Dua.
Ternyata...semua biasa saja.
Bahkan kesan sumpek dan memusingkan membuat saya
menganggap Bali adalah tempat yang terlalu biasa buat saya. Teramat sangat
biasa sehingga saya dibuat bingung kenapa dunia memujanya. Nggak jarang tuh
kalau di forum-forum, bahkan di film, orang menyebut, “Where is Indonesia? Is near
from Bali?” mereka bahkan lebih kenal Bali daripada Indonesia.
Berkali-kali saya datang ke Bali, perasaan saya sama
saja. Datar. Kalaupun ada teman yang bilang, “Wah...seneng ya ke Bali?” saya
hanya mengangguk, lalu berkata dalam hati, “Biasa saja.”
Setiap ada teman yang ke Bali dan bilang tentang pesona
Bali, saya nggak percaya. Lagi-lagi, Biasa saja tuh. Nggak bikin saya kepingin
kesana, kecuali transit.
Itu pula sebabnya di blog saya tak sekalipun pesona Bali
saya tulis. Yang ada saya berkampanye ke teman-teman, Indonesia is not only
Bali, guys. Please visit Sulawesi, NTB, NTT, Ambon, Papua, Ternate...so you can
find not only one or two perfect place in your life. But many...sooo many
amazing place in Indonesia. And I’m sure, you will fall in love with them.
Aneka sanggahan selalu saya lontarkan ke teman-teman,
kalau Pulau Bali nggak segitu amat cantiknya. Nggak asik buat liburan.
Tapi...suatu hari di pertengahan Mei 2014...seketika
pendapat itu berubah.
Tuhan membalikkan hati saya, dari yang semula menyanggah,
mencela, kini berganti dengan mengagumi dan mensyukuri. Saya datang kembali ke Bali
dengan cara yang tak biasa, ke belahan lain pulau ini. Saya naik speedboat dari
Gili Trawangan, dan mendarat di AMED. Sebuah pelabuhan sederhana yang langsung
mengusik hati saya, dan mampu membuat saya tersenyum lebar lalu berucap,
Alhamdulillah...
Menggenggam Sunrise dari tepi Volcano Beach, Amed |
Sungguh, tempat ini begitu sederhana. Baik dari segi
pemandangan, fasilitas, maupun sifat orang-orangnya. Tidak ada yang istimewa. Namun
yang berbeda adalah damai di hati. Rasa seperti pulang ke rumah dan disambut
oleh sanak saudara. Rasa yang kuat bahwa saya sekarang sedang berada di Negara
Indonesia, dengan tradisi dan keramahan Indonesia. Rasa seperti inilah yang
tidak saya dapatkan setiap datang ke Bali di tahun-tahun sebelumnya. AMED, Sisi Lain Pulau Dewata yang membuatku Jatuh Hati.
Amed memang tidak terlalu istimewa. Tapi...menawan. Gimana
ya jelasinnya? Kalau istimewa tuh Lombok dengan pantai-pantainya. Manado dengan
pesona bawah laut dan danaunya, Yogya dengan suasananya, juga Ternate dengan
keindahan ajaibnya. Sedangkan Amed tidak seperti itu. Amed, sebuah tempat di
wilayah kecamatan Karangasem, punya pemandangan dan suasana yang sederhana,
tapi tidak membosankan. Membuat kita betah menikmatinya dan nggak pingin pulang.
Sekali lagi saya bilang, Amed itu menawan hati. Istilahnya kalau dalam cinta,
kita ketemu soulmate deh. Yang meskipun nggak cakep-cakep amat, di hati nyantol
terus. Selalu bikin kita senyum, dan bikin hati kita damai.
Sekarang saya baru merasa, kenapa seluruh penjuru dunia
berlomba-lomba datang ke Bali. Kenapa media tak henti mengeksposenya. Kenapa pula
meskipun sudah di bom beberapa kali dan travel warning dari negaranya, tidak
ada yang kapok berkunjung ke Bali. Kalau daerah Denpasar dan sekitarnya, benar.
Bikin bosan. Tapi ketika kita mengeksplore belahan lain Bali, disitulah terasa
Bali yang sesungguhnya. Bali yang ramah, Bali yang masyarakatnya saling
menghormati dan baik hatinya, Bali yang sangat Indonesia.
Berpose bersama Sahabat IDC di Double One Villa, Amed |
Terima kasih sahabat IDC, saya sudah diajakin kesini. Trip
ini membukakan mata saya bahwa tidak ada ciptaan Tuhan yang tak mempesona. Dengan
tulisan ini, saya meralat segala kesan dan tulisan yang saya torehkan di masa
lalu kalau Bali itu biasa saja. Karena ternyata, Bali memang luar biasa.
Meniru proklamasi, Dengan ini saya menyatakan, Don’t just see Bali. But Explore Bali before
you die!
With love,
Arum Silviani