Search This Blog

Monday, December 24, 2012

22 Desember


Hari ibu, dan aku sungguh lupa. Baru teringat saat aku sudah meninggalkan rumah, dan mobil tersendat macet di jalan tol.

Untungnya, subuh tadi aku tak lupa mengecup tanganmu, Mam...
Selamat hari ibu..ketahuilah, buatku, setiap hari adalah hari ibu.
ah tidak. Hari mama lebih tepat rasanya. karena aku memanggilnya demikian...

I love you more than everything in this world, Mama...

Diskon Besar-Besaran

Manjelang hari Natal dan tahun baru, banyak supermarket, bahkan hypermarket berebutan menyebarkan leaflet,

Gula Putih Rp. 12999/kg
Anggur Merah Rp. 2425/100gram
Telor ayam negeri Rp. 13.299/kg
Sirop dari Rp. 14500 diskon jadi Rp. 9.900

dan masih banyak lagi barang2 promo lainnya. Sejatinya, dalam trik marketing tingkat dasar hal tersebut dinamakan odd price. Harga yang mencolok mata, hampir mendekati bulat. Namun efeknya seringkali menipu mata konsumen. oh bukan seringkali. melainkan selalu. Padahal kalau mau ditilik, coba saja belanja ke supermarket, jangankan Rp. 12.999. Harga 12.900 saja, untuk kembalian kita selalu dikasih permen. Kembalian Rp. 50 tidak dianggap, alias relakan saja. Kalau permen2 kembalian kita kumpulkan, memangnya bisa ditukar pakai uang?
Tentu saja tidak sodara2...karena di bon ada tulisan, barang yang sudah dibeli tidak dapat ditukar/dikembalikan.

Lain halnya di pasar tradisional.
Harga jelas tidak menggunakan trik. semua mengikuti hukum permintaan penawaran. empat belas ribu ya empat belas ribu. dua ribu delapan ratus, ya dua ribu delapan ratus. kalau kita kasih uang Rp. 3000, pasti kembalinya Rp.200. menurut pengalaman saya, kayaknya nggak pernah deh saya ditanya sm pedagang di pasar tradisional, "mbak, kembaliannya buat amal aja ya?" Bahkan, kita selalu bisa melakukan proses tawar menawar. Sampai terjadi kesepakatan harga.

Sekarang saya tanya, siapa tahu disini ada temen2 yang dari disperindag, pernah ngga nyoba bikin leaflet seperti yg dibuat oleh retailer besar, untuk promosi pasar tradisional?

Misal:

Pasar Antri Promo!
Cabe Rp. 11.999/kg
Daging Sapi Rp. 68.900/kg
Beras start from Rp. 4.499/kg.

Rasanya belum pernah, ya?

Tuesday, December 4, 2012

Seuntai Cerita untukmu yang disana






Sayang, aku dalam sebuah perjalanan lagi.
Banyak sekali peristiwa yang kulalui beberapa hari belakangan ini. Banyak pelajaran yang kupetik. Sayangnya kau tak berada di sampingku.

Sulitnya berkomunikasi denganmu, membuat waktu terasa begitu mahal. Kesibukanmu, kesibukanku, dan ketidaksiapan kita membuat kita belum dapat dipertemukan. Maka dari itu, tak apa lah kali ini kutampung ceritaku dalam sebuah goresan pena. Kuharap kau akan membacanya nanti.

Sayang...peristiwa demi peristiwa, kejadian demi kejadian, dan makin banyaknya menapaki sebuah perjalanan semakin meyakinkan aku, kalau hidup adalah sebuah skenario. Ada penulis, ada sutradara, ada produser, ada kru, dan ada artisnya.

Jika kita berada dalam dunia "skenario versi manusia", maka seringkali antara penulis, sutradara dan produser adalah orang yang berbeda.

Karena apa?

kemampuan manusia berbeda, sayang...Kemampuan manusia terbatas. Manusia, punya kekurangan. Kalaupun ada yang sanggup memerankan ketiganya, tetap saja ada kurangnya. Tidak maksimal. itu bahasa yang sering digunakan oleh manusia. Bahkan ada peribahasa yang mengatakan, kalau kau duduk diantara dua kursi, niscaya kau akan terjatuh diantaranya.

Lain halnya pada skenario kehidupan. Penulis, Sutradara, dan produsernya bisa dipastikan, SATU.
Ya.
Hanya satu.

Dia, mempunyai kemampuan tak berbatas. Dia sanggup menjadi apapun, siapapun, dan bertindak apapun. Dia yang menjadikan tiada menjadi ada, yang ada menjadi tiada, yang tak mungkin jadi mungkin.

Dia sang penulis skenario, yang menceritakan semuanya. Semua, sayangku... tanpa ada satu hal pun yang tak tertulis atau terlewatkan. Termasuk cerita tentang kita. Dia tuangkan dalam sebuah buku. Buku  skenario yang isinya takkan dapat ditiru oleh makhluk manapun di dunia ini. Buku Skenario yang tak seorang pun dapat menebak, kemana arahnya. Karena tak seorangpun dapat membuka lembar berikutnya, sebelum tiba saatnya.

Buku skenario itu dinamakan, Kitab Lauhul Mahfudz.

Dia menciptakan setting lokasi, kostum, peralatan, perlengkapan, maupun segala yang diperlukan demi menjalankan skenario kehidupan.

Itulah Dunia dan segala isinya.

Dia sang sutradara. Bedanya, Dia tak melakukan proses casting untuk para aktor dan aktrisnya. Tetapi menciptakan sendiri aktor dan aktris yang dikehendakiNya. Dia tiupkan ruh,  Dia titipkan nyawa, Dia titipkan akal, pikiran, dan hati.

Kitalah yang berperan dalam skenario tersebut. kita aktor dan aktrisnya.

Dia punya Kru untuk mendampingi para aktor dan aktrisnya. Lagi-lagi, kru tersebut Dia ciptakan sendiri. Tanpa melalui proses rekrutmen. Dia ciptakan kru tersebut dengan zat yang berbeda dengan manusia. Zat yang tak kasat mata. Zat yang kita kenal sebagai cahaya.

Merekalah Para Malaikat.

Dia perintahkan kruNya untuk mencatat setiap  adegan. Sejak kita dilahirkan, sampai nanti di akhir cerita. Kuberitahu padamu, sayang...Manajemen kearsipan mereka jauh lebih canggih dari teknologi database tercanggih yang ada di dunia ini. Setiap adegan dicatat rapi. Tidak ada yang meleset, salah tulis, salah tanggal dan lain sebagainya. Semua tercatat rapi, berikut Tahun, Bulan, Minggu, Hari, tanggal, jam, menit, hingga detiknya. Jika akting mereka bagus, maka para kru yang berada di sebelah kanan mencatatnya satu kali. Dan Dia melipatgandakan bonus, dengan memberikan nilai antara 7 hingga 700 kali lipat kebaikan. Jika adegan yang dilakukan aktor dan aktris itu salah, maka kru mencatatnya satu kali. Disinilah kebijaksanaan sang sutradara. Dia hanya memerintahkan para kru untuk mencatatnya satu kali.

Adegan itulah yang dinamakan amalan dan dosa.

Sekali lagi kubilang disini, kitalah yang manjadi aktor dan aktrisnya. Kita...manusia.
Kita, yang menjalani skenario yang telah dibuatnya dengan amat sempurna. Skenario yang amat indah, adil, dan tak memihak. Kita bahkan diperkenankan mengubah nasib kita dalam skenario itu. Dengan sebuah usaha.
Kita juga bisa mengubah takdir yang Dia gariskan, dengan DOA.

Lantas, apa yang kurang dari Nya?

Kalaulah analogi itu bisa diterima oleh manusia dengan pemahaman dan keyakinan yang baik, tentunya tak ada lagi kegalauan dan keresahan yang menyelimuti hati. Tak ada lagi ketakutan akan masa depan. Tak ada kata tak menerima sebuah kehilangan.

Karena pada dasarnya, Dunia ini panggung sandiwara.
Sebuah sandiwara, pastilah ada endingnya.
Happy, hanging, or sad ending.

Bedanya, kalau dalam sebuah sandiwara dengan hanging end, kita sebagai penonton diperkenankan berimajinasi sendiri. Pada kasus selesainya pementasan skenario kehidupan, hanging end akan diselesaikan oleh sang penulis, sutradara, sekaligus produsernya.

Dia memastikan dalam firmanNya, kalau Dia menguasai hari pembalasan. Hari dimana amalan dan dosa selesai ditimbang. Barulah dengan keadilan langit, bumi, dan segala yang bernaung di dalam galaksi, Dia memutuskan balasan apa yang pantas untuk sang aktor dan aktris.

Buat aktor dan aktris yang sukses memainkan perannya, diberikanlah padanya Penghargaan berupa Piala surga. Sisanya, kau tebaklah sendiri. Kemana kiranya para aktor dan aktris yang tak sukses.

Sayang...sudah dulu yaa..
Kuceritakan lagi isi hati dan pikiranku di lain waktu. Namun kuminta, kau sabarlah menungguku. karena aku pun demikian.


Saat notes ini kutulis, kata Pilot aku sedang berada sekitar 39000 kaki di atas permukaan laut, Di atas langit, entah langit yang keberapa. Namun kurasa bukan langit ketujuh.

Salam Sayang,

Arum Silviani

Thursday, September 27, 2012

Jogja with my beloved friends part 3


Inilah pemandangan dari situs Ratu Boko. Bagus yaa..sayangnya, foto ini tak seindah aslinya. Maklum, amatiran sihh :( Meskipun nampak gersang, tapi udara disini sejuk lho...maklum, dataran tinggi. 

Aura misterius menyergap begitu melangkahkan kaki ke pintu masuk situs Ratu Boko. Mungkin karena saat kami berkunjung, nggak banyak wisatawan kali ya...suasananya sepi. Jadi berasa agak-agak gimanaa...gitu.




 Sampai di atas sini, baru ngeh, ternyata ini adalah lokasi syuting film Kala. Ya ampun...jadi dulu Mas Ario Bayu pernah syuting disini??? Secara gitu, si gue ngefans berat sama Ario Bayu. Hehehe...


Konon katanya, situs ini dulunya adalah istana sebuah kerajaan. Keraton Ratu Boko. Aku jadi berimajinasi, mungkin, ratusan tahun silam, saat disini masih ada kehidupan, dimana putri-putri kerajaan bebas berlalu lalang keliling keraton. Dan, melihat sisa-sisa situs Ratu Boko saat ini, aku jadi berimajinasi lagi, mungkin dulu istana ini begah banget kali yaa...

Menurut satu sumber yang aku baca, legenda Roro Jonggrang dengan Bandung Bondowoso juga memiliki kaitan dengan situs keraton ini. Konon, Roro Jonggrang adalah puteri dari Prabu Boko yang berkuasa di keraton tersebut. Walaupun begitu, banyak kisah tentang sejarah Keraton Ratu Boko masih terselubung oleh misteri.

Situs Ratu Boko terbagi ke dalam beberapa bagian, pertama kita akan disambut oleh gerbang utama yang berada tepat di tengah. Tidak jauh dari gerbang itu, di sebelah kiri kita akan menemukan satu situs berupa bangunan batu berundak, yang dulunya adalah tempat pembakaran mayat (kremasi). Di sebelah kiri bangunan tersebut terdapat jalan setapak menanjak yang akan mengantar kita pada satu bukit dimana kita bisa leluasa untuk melihat pemandangan kompleks Candi Prambanan dengan lebih jelas.




Situs yang dibawahnya Tiya, dulunya adalah tempat kremasi (pembakaran mayat) makanya, Tiya lagi sok berimajinasi, bagaimana dulunya tempat itu difungsikan. Hiiiii....


Kolam ini dulunya mungkin tempat para putri berenang kali ya (hehe..ngarang). but Anywaay...air di kolam itu bukan dialirkan lho, melainkan berasal dari air hujan. Nampak beberapa anak kecil sedang memancing di pinggiran kolam. Masa sih ada ikannya? Hmm...who knows? 

Oh iya...satu lagi yang aku suka. Selain bersih, di situs Ratu Boko ini tersedia tempat cuci tangan lho...Woooow....I’m very excited! Bukan apa-apa, kebayang nggak sih tangan kita habis berkelana kesana kemari, berapa banyak kuman-kuman dan bakteri yang ngumpul coba??? Soo...dengan adanya tempat cuci tangan ini, very-very helpfull.


Capek berkeliling, kami memutuskan untuk turun gunung. Sebenernya bukan karena kami bosen sih, melainkan waktu yang diberikan pak supir hampir habis. Ya ya...kami hanya diberi waktu satu jam untuk berkeliling di situs Ratu Boko ini. Karena haus, kami mampir ke Sunset lounge (kalo nggak salah itu namanya) atau Sunset Cafe yaa?? Pokoknya itu deh. Katanya dari sini bisa lihat sunset. Pemandangannya juga oke banget, Candi Prambanan kelihatan tuh dari sisi sini. Sayangnya...kami nggak bisa menunggu sampai Sunset. Mungkin lain waktu, InsyaAllah, kami balik lagi kesini. Harga makanan dan minuman disini juga cukup reasonable. Nggak tinggi2 amat. Terjangkau lah pokoknya.


Nggak nahan pengen ketawa liat tampangnya Tiya. Kasihan banget dia, tersiksa dengan behel barunya. Peace Tiya....Beauty is pain, right?

And here we go...Prambanan Temple  :D


Dan di bawah ini adalah tampilan candi yang Subhanallah...keren bangeettt..kebayang nggak sih, di jaman itu orang sudah bisa membuat candi semegah ini? meskipun konon bantuan jin ya...hehehe

Well...candi ini merupakan simbol pengorbanan cinta. Konon katanya, Mas Bandung Bondowoso rela berjuang semalaman dengan dibantu para lelembut (Hiii...serem amat ya) demi mendapatkan Nyi Roro Jongrang.

Saat aku dkk datang kesitu, suasananya ruameee buanget. Banyak turis asing yang lagi pada berkunjung. Kebanyakan sih dari Jepang dan Korea.

Aku dan Bhekti masuk ke candi yang ada prasasti  kuda (simbol Kuda, atau kerbau ya?) Sayang kupingnya hilang satu. Eh lucunya, sebelum aku masuk kesini, tidak ada satu turis pun yang berani memfotonya. Tapi begitu aku berpose, mereka langsung berebutan pingin foto disini juga. Hehehe...

Ada lagi prasasti wanita, tadinya nggak ada yang berani pose, terus pas Bhekti berpose, yang lain berebut ikutan pose juga. mungkin sebelumnya para turis takut kualat kali ya..atau takut kesambet? nggak tahu deh. Tapi menurut aku, kalau kita nggak bikin onar, nggak buang sampah sembarangan, dan nggak merusak prasasti sih nggak apa-apa. 


Jangan lihat Tiya nya. Lihat candinya aja. Bagus yaa...menjulang tinggi ke angkasa, dengan di puncaknya adalah patung Roro Jongrang yang dipasang Bandung Bondowoso buat melengkapi seribu tingkat Candi Prambanan.

Waktu sudah menunjukkan pukul 16.30, kami berempat sama-sama ngos-ngosan, efek muter-muter Ratu Boko dan naik-naik Candi Prambanan. Semua kita tengok, kecuali candi utama yang saat itu sedang dalam masa pemugaran. Dan hampir di setiap sudut Candi kami berpose (maklum, banci foto semua). Pegeel...tapi seneng...

Ada cerita lucu waktu kami berempat istirahat di salah satu kursi panjang dekat sini. Sepasang kekasih menghampiri kami, tiba-tiba bertanya, apa diantara kami melihat cincin? Sontak kami berempat menggeleng. Kutanya bentuk cincinnya seperti apa, dan si cowok menjelaskan dengan rinci bentuk cincin itu. ya udah, kami berempat bantu deh mencari si cincin...dan taraa...aku yang menemukan cincin tersebut. Lagi ngumpet dengan manisnya di rerumputan. Hehehe..makanya mas, mbak, beli cincin jangan kegedean, sampe copot nggak kerasa :D (no offense lhooo...). tapi melihat reaksi keduanya yang “berterimakasih dengan sangat” kepada kami berempat, aku menebak, cincin itu berarti banget buat mereka berdua. Okelah, moga langgeng ya mas, mbak :D

Well...selesai soal cincin, berganti ke perut. Bhekti dan Tiya ngomel-ngomel karena lapar. Haloo...padahal kami berempat udah makan jam 11 tadi lho...mungkin karena udaranya sejuk, ditambah sudah mengeluarkan tenaga ekstra keliling Ratu Boko & Prambanan, perut jadi keroncongan. Cuma Rita yang kalem sambil senyum-senyum. Saking terpesonanya dengan pemandangan Prambanan. Jadi kenyang dia.


Jangan khawatir, di sekitar candi Prambanan, fasilitasnya lengkap banget. Saung-saung ini bisa kita pergunakan untuk istirahat melepas lelah, atau makan siang (saat itu sih kami makan sore). Tempat sampah juga disediakan di dekat saung (jadi harap setelah makan jangan meninggalkan sisa di dalam saung ya). Selain itu, seperti halnya di Situs Ratu Boko, tempat cuci tangan banyak tersedia. Sehingga kita tidak perlu ke toilet untuk mencuci tangan. Liat deh ibu Rita, tadi memang terlihat paling kalem waktu diajak makan. Begitu lihat ransum yang kami bawa, semangat 45 deh menyantapnya.


Setelah mengisi perut, kenyaaang...Bye bye...kami akan kembali ke Jogja. Puaaaas banget pilih paket Candi Prambanan & Ratu Boko. Nggak nyesellll...Pokoknya, two thumbs up deh buat pengelola Candi Prambanan dan Situs Ratu Boko. Tempatnya enak, terjangkau, bersih, fasilitasnya lengkap, dan kami semua dilayani dengan ramah. Bagi yang ingin mengetahui lebih banyak mengenai sejarah Candi Prambanan, disini juga disediakan Guide yang mahir berbahasa Asing. Waktu itu sih aku dengernya yang berbahasa Inggris, Jepang, Mandarin, dan Korea. Nggak tahu juga mungkin ada Guide yang menguasai bahasa lain.

Tips ke Prambanan:
Lebih baik datang di pagi hari, supaya nggak kepanasan.

Biar lebih irit, nggak usah sewa mobil (kecuali kalau mau bawa mobil sendiri). Karena dari Jogjakarta, bisa naik Trans Jogja, dan jalan kaki ke Candi Prambanan. Pilih Paket Candi Prambanan & Ratu Boko.

Supaya lebih efisien waktunya, aku sarankan keliling Candi Prambanan dulu. Udah puas di Candi Prambanan, tunggu shuttle ke Ratu Boko. Bisa puas menikmati pemandangan dari Ratu Boko, makan siang disana juga lebih indah pemandangannya. Karena dari perbukitan tersebut bisa lihat Candi Prambanan dan pemandangan di sekelilingnya. Kalau udah puas, balik lagi pake shuttle Prambanan – Ratu Boko. Turun di pertigaan Prambanan, beli oleh-oleh salak pondoh banyak disini. Naah... pertigaan ini nggak jauh letaknya dari halte bus Trans Jogja. Jadi nggak perlu jalan jauh lagi.