Inilah pemandangan
dari situs Ratu Boko. Bagus yaa..sayangnya, foto ini tak seindah aslinya.
Maklum, amatiran sihh :( Meskipun nampak
gersang, tapi udara disini sejuk lho...maklum, dataran tinggi.
Aura misterius
menyergap begitu melangkahkan kaki ke pintu masuk situs Ratu Boko. Mungkin
karena saat kami berkunjung, nggak banyak wisatawan kali ya...suasananya sepi.
Jadi berasa agak-agak gimanaa...gitu.
Sampai di atas sini, baru ngeh, ternyata ini
adalah lokasi syuting film Kala. Ya ampun...jadi dulu Mas Ario Bayu pernah
syuting disini??? Secara gitu, si gue ngefans berat sama Ario Bayu. Hehehe...
Konon katanya, situs ini dulunya
adalah istana sebuah kerajaan. Keraton Ratu Boko. Aku jadi berimajinasi,
mungkin, ratusan tahun silam, saat disini masih ada kehidupan, dimana
putri-putri kerajaan bebas berlalu lalang keliling keraton. Dan, melihat
sisa-sisa situs Ratu Boko saat ini, aku jadi berimajinasi lagi, mungkin dulu
istana ini begah banget kali yaa...
Menurut satu sumber yang aku
baca, legenda Roro Jonggrang dengan Bandung Bondowoso juga memiliki kaitan
dengan situs keraton ini. Konon, Roro Jonggrang adalah puteri dari Prabu Boko
yang berkuasa di keraton tersebut. Walaupun begitu, banyak kisah tentang
sejarah Keraton Ratu Boko masih terselubung oleh misteri.
Situs Ratu Boko terbagi ke dalam
beberapa bagian, pertama kita akan disambut oleh gerbang utama yang berada
tepat di tengah. Tidak jauh dari gerbang itu, di sebelah kiri kita akan
menemukan satu situs berupa bangunan batu berundak, yang dulunya adalah tempat
pembakaran mayat (kremasi). Di sebelah kiri bangunan tersebut terdapat jalan
setapak menanjak yang akan mengantar kita pada satu bukit dimana kita bisa
leluasa untuk melihat pemandangan kompleks Candi Prambanan dengan lebih jelas.
Situs yang dibawahnya
Tiya, dulunya adalah tempat kremasi (pembakaran mayat) makanya, Tiya lagi sok
berimajinasi, bagaimana dulunya tempat itu difungsikan. Hiiiii....
Kolam ini dulunya mungkin tempat
para putri berenang kali ya (hehe..ngarang). but Anywaay...air di kolam itu
bukan dialirkan lho, melainkan berasal dari air hujan. Nampak beberapa anak
kecil sedang memancing di pinggiran kolam. Masa sih ada ikannya? Hmm...who
knows?
Oh iya...satu lagi yang aku suka.
Selain bersih, di situs Ratu Boko ini tersedia tempat cuci tangan
lho...Woooow....I’m very excited! Bukan apa-apa, kebayang nggak sih tangan kita
habis berkelana kesana kemari, berapa banyak kuman-kuman dan bakteri yang
ngumpul coba??? Soo...dengan adanya tempat cuci tangan ini, very-very helpfull.
Capek berkeliling, kami
memutuskan untuk turun gunung. Sebenernya bukan karena kami bosen sih,
melainkan waktu yang diberikan pak supir hampir habis. Ya ya...kami hanya
diberi waktu satu jam untuk berkeliling di situs Ratu Boko ini. Karena haus,
kami mampir ke Sunset lounge (kalo nggak salah itu namanya) atau Sunset Cafe
yaa?? Pokoknya itu deh. Katanya dari sini bisa lihat sunset. Pemandangannya
juga oke banget, Candi Prambanan kelihatan tuh dari sisi sini. Sayangnya...kami
nggak bisa menunggu sampai Sunset. Mungkin lain waktu, InsyaAllah, kami balik
lagi kesini. Harga makanan dan minuman disini juga cukup reasonable. Nggak
tinggi2 amat. Terjangkau lah pokoknya.
Nggak nahan pengen
ketawa liat tampangnya Tiya. Kasihan banget dia, tersiksa dengan behel barunya.
Peace Tiya....Beauty is pain, right?
And
here we go...Prambanan Temple :D
Dan di bawah ini adalah tampilan
candi yang Subhanallah...keren bangeettt..kebayang nggak sih, di jaman itu
orang sudah bisa membuat candi semegah ini? meskipun konon bantuan jin
ya...hehehe
Well...candi ini merupakan simbol
pengorbanan cinta. Konon katanya, Mas Bandung Bondowoso rela berjuang semalaman
dengan dibantu para lelembut (Hiii...serem amat ya) demi mendapatkan Nyi Roro
Jongrang.
Saat aku dkk datang
kesitu, suasananya ruameee buanget. Banyak turis asing yang lagi pada
berkunjung. Kebanyakan sih dari Jepang dan Korea.
Aku dan Bhekti masuk ke candi yang ada prasasti
kuda (simbol Kuda, atau kerbau ya?) Sayang kupingnya hilang satu. Eh lucunya, sebelum aku masuk kesini, tidak ada satu turis pun yang berani memfotonya. Tapi begitu
aku berpose, mereka langsung berebutan pingin foto disini juga. Hehehe...
Ada lagi prasasti wanita, tadinya nggak ada yang berani pose, terus pas Bhekti berpose, yang lain berebut ikutan pose juga. mungkin sebelumnya para turis takut kualat kali ya..atau takut kesambet? nggak tahu deh. Tapi menurut aku, kalau kita nggak bikin onar, nggak buang sampah sembarangan, dan nggak merusak prasasti sih nggak apa-apa.
Jangan lihat Tiya nya. Lihat
candinya aja. Bagus yaa...menjulang tinggi ke angkasa, dengan di puncaknya
adalah patung Roro Jongrang yang dipasang Bandung Bondowoso buat melengkapi
seribu tingkat Candi Prambanan.
Waktu sudah menunjukkan pukul
16.30, kami berempat sama-sama ngos-ngosan, efek muter-muter Ratu Boko dan
naik-naik Candi Prambanan. Semua kita tengok, kecuali candi utama yang saat itu
sedang dalam masa pemugaran. Dan hampir di setiap sudut Candi kami berpose
(maklum, banci foto semua). Pegeel...tapi seneng...
Ada cerita lucu waktu kami
berempat istirahat di salah satu kursi panjang dekat sini. Sepasang kekasih
menghampiri kami, tiba-tiba bertanya, apa diantara kami melihat cincin? Sontak
kami berempat menggeleng. Kutanya bentuk cincinnya seperti apa, dan si cowok
menjelaskan dengan rinci bentuk cincin itu. ya udah, kami berempat bantu deh mencari
si cincin...dan taraa...aku yang menemukan cincin tersebut. Lagi ngumpet dengan
manisnya di rerumputan. Hehehe..makanya mas, mbak, beli cincin jangan kegedean,
sampe copot nggak kerasa :D (no offense lhooo...). tapi melihat reaksi keduanya
yang “berterimakasih dengan sangat” kepada kami berempat, aku menebak, cincin
itu berarti banget buat mereka berdua. Okelah, moga langgeng ya mas, mbak :D
Well...selesai soal cincin,
berganti ke perut. Bhekti dan Tiya ngomel-ngomel karena lapar. Haloo...padahal
kami berempat udah makan jam 11 tadi lho...mungkin karena udaranya sejuk,
ditambah sudah mengeluarkan tenaga ekstra keliling Ratu Boko & Prambanan, perut
jadi keroncongan. Cuma Rita yang kalem sambil senyum-senyum. Saking
terpesonanya dengan pemandangan Prambanan. Jadi kenyang dia.
Jangan
khawatir, di sekitar candi Prambanan, fasilitasnya lengkap banget. Saung-saung
ini bisa kita pergunakan untuk istirahat melepas lelah, atau makan siang (saat
itu sih kami makan sore). Tempat sampah juga disediakan di dekat saung (jadi
harap setelah makan jangan meninggalkan sisa di dalam saung ya). Selain itu,
seperti halnya di Situs Ratu Boko, tempat cuci tangan banyak tersedia. Sehingga
kita tidak perlu ke toilet untuk mencuci tangan. Liat deh ibu Rita, tadi memang
terlihat paling kalem waktu diajak makan. Begitu lihat ransum yang kami bawa,
semangat 45 deh menyantapnya.
Tips ke Prambanan:
Lebih baik datang di pagi hari,
supaya nggak kepanasan.
Biar lebih irit, nggak usah sewa
mobil (kecuali kalau mau bawa mobil sendiri). Karena dari Jogjakarta, bisa naik
Trans Jogja, dan jalan kaki ke Candi Prambanan. Pilih Paket Candi Prambanan
& Ratu Boko.
Supaya lebih efisien waktunya, aku
sarankan keliling Candi Prambanan dulu. Udah puas di Candi Prambanan, tunggu
shuttle ke Ratu Boko. Bisa puas menikmati pemandangan dari Ratu Boko, makan
siang disana juga lebih indah pemandangannya. Karena dari perbukitan tersebut
bisa lihat Candi Prambanan dan pemandangan di sekelilingnya. Kalau udah puas,
balik lagi pake shuttle Prambanan – Ratu Boko. Turun di pertigaan Prambanan,
beli oleh-oleh salak pondoh banyak disini. Naah... pertigaan ini nggak jauh
letaknya dari halte bus Trans Jogja. Jadi nggak perlu jalan jauh lagi.