Back to hotel jam 10.00 WIB.
Dengan keributan (pasang
kerudung, sunblock, dll....) akhirnya kami berempat baru keluar hotel jam
11.00. setelah sebelumnya berpose di depan kamar dan di lift.
Demi kelancaran stamina, kami
memutuskan makan Rawon di depan Hotel. Ibu penjualnya ramah banget. Makanannya
juga murah-murah. Dengan harga rawon + nasi per porsinya hanya Rp.8.000 saja.
Sedangkan minuman wajib kami adalah es teh manis dengan harga Rp. 1.500 saja.
Yang paling lama makan adalah
Tiya, karena dia baru pasang behel. Aduh Tiya...udah tahu mau ke Jogja, kok ya
malah pasang behel siiihh...(sstt...jangan sampe Tiya tahu ngomong gini,
pastinya dia ngomel-ngomel tuh)
Acara selanjutnya, adalah ke Pasar Beringharjo. Kami sempat berkonsultasi sebentar dengan
ibu-ibu penjual Rawon, katanya kami masih sempat kok kalau mau ke Beringharjo
dulu sebelum ke Prambanan. Okay....Tancap Guys...
Aku dan Rita jalan duluan,
sementara Tiya dan Bhekti, berada nun jauh di belakang kami. Ternyata eh
ternyata....mereka lagi foto-foto di Tugu. Katanya sih belum ke Jogja kalau
belum foto di Tugu. Dengan tampang cuek, mereka berdua berpose. Sementara aku
dan Rita, hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah mereka. Karena panas,
kami berjalan cepat. Sampai akhirnya Bhekti menghentikan kami untuk berpose di
depan “prasasti” berisi petunjuk jalan kota Jogja.
Berkeliling sebentar di pasar
Beringharjo, membeli batik buat keponakan-keponakan kami, selanjutnya membeli
“ransum” buat perbekalan perjalanan kami.
Kami membeli dua porsi pecel +
lontong, telur puyuh (tuh di gambar yang jadi sate), dan inilah yang unik. Kami
menemukan ayam pitik (ayam kecil) yang dijual utuh satu ekor. Harganya @Rp.
10.000. karena penasaran, kami ambil dua ekor. Total ransum kami adalah Rp.
25.000. Oh iya, untuk minumnya, kami memilih “air putih” yang sehat.
Selesai belanja ransum di pasar
Beringharjo, kami berencana melanjutkan perjalanan ke Candi Prambanan
menggunakan Trans Jogja. Langsung tancap gas ke halte Trans Jogja yang letaknya
tak jauh dari pasar Beringharjo. Disambut oleh mbak penjaga loket yang ramah
dan bersedia memberikan kami petunjuk yang lengkap menuju Prambanan. Yaitu kami
harus naik Bus rute 3B. Tiketnya Murah Meriah, hanya dengan Rp. 3.000, kami
bisa sampai Prambanan tanpa transit.
Sayangnya, kondisi halte Trans
Jogja tidaklah nyaman. Kursi-kursinya sudah mulai rusak, dengan tempat sampah
yang annoying banget diletakkan disitu. Satu lagi, ruang tunggunya sempit,
apalagi jika dibandingkan dengan ruang tunggu halte Bus Trans Jakarta.
Kondisi Halte Trans Jogja
Saat berdebat dengan
Tia, diputus Bhekti yang tiba-tiba menjepret kami
Oke-oke, karena diomelin Tiya,
akhirnya aku berhenti protes soal kondisi Halte Trans Jogja. Meskipun dalam hati
masih “nggrundel”.
Lihat tuh kursinya...aneh
yaa..hehehe...
Semestinya halte Trans Jogja bisa
dirawat dengan baik, karena menurutku, Trans Jogja adalah sarana transportasi
yang nyaman untuk berjalan-jalan di Jogja. Murah Meriah. Bahkan, tak sedikit
Turis asing yang menggunakan jasa Trans Jogja untuk mencapai tujuan wisata. Kan
bisa jadi sarana promosi yang bagus tuhh...
Dengan dibantu penumpang lainnya,
akhirnya kami bisa berpose berempat. Thanks ya mbak...(waduh..bahkan kami nggak
berkenalan). Cuma saling lempar senyum saja. Begitu naik bus, beruntung, kami
dapat tempat duduk. Bahkan Bhekti dan Tiya yang duduk bersebelahan sempat
berpose di dalam bus Trans Jogja.
Perjalanan Jogja – Prambanan
memakan waktu kurang lebih empat puluh lima menit. Jalan di Jogja jarang macet,
tapi lumayan banyak lampu merah.
Sampai di Prambanan, jam
menunjukkan pukul 13.00. saatnya menunaikan ibadah shalat Dzuhur. Tapi ternyata...jarak
dari halte pemberhentian terakhir Bus Trans Jogja ke pintu masuk Candi
Prambanan lumayan jauh lho...ada kayaknya sekitar satu kilo meter. Dan kami
jalan kaki. Ya sudahlah, jalani saja dengan happy. Kami memutuskan shalat
dzuhur qashar dengan Ashar di masjid Al-Muttaquun. Masjidnya megah, dan begitu
masuk...cess...adeemm...sejuk seketika sampai ke hati.
Akhirnya....sampai
juga di pintu masuk Candi. Dari kejauhan, sudah nampak candi Prambanan yang
megah. Bangga lhoo jadi bangsa Indonesia...
Masuk Prambanan, Ternyata pintu
masuknya dibedakan lho...buat wisatawan lokal dan internasional. Harganya juga
beda.
Oke, capcus...
Langsung lihat daftar harga tiket
masuk. Ibu penjual tiketnya ramah bangettt...beliau menyarankan kami untuk
memilih paket Prambanan & Ratu Boko. Hanya berbeda Rp. 10.000, kami bisa
menikmati pemandangan Ratu Boko yang memukau. Sejenak berembug, dan akhirnya,
kami berempat memutuskan untuk membeli tiket paket Prambanan & Ratu Boko,
seharga Rp. 30.000/orang. Total berempat jadi Rp. 120.000.
Well, tiket udah di tangan, dan
kami minta tolong bapak penjaga pintu buat menjepret kami berempat. Beliau
bersedia memotret kami dengan senang hati. Eeh...lucunya bapak satunya ikut
berpose juga (lihat tuh penampakan di belakang kami) hehe...buat kenang-kenangan
kata si bapaknya.
Ternyata untuk sampai ke Situs Ratu Boko, kami harus naik
shuttle. Dan disinilah kami menunggu. tempat nunggunya nyamaaan banget. angin sepoi-sepoi, bersih pula. Nggak lama, shuttle yang kami tunggu datang.
Daripada duduknya
misah-misah di belakang, kami berempat memutuskan duduk barengan
(maklumlah...langsing-langsing, jadi muat dehh.... ;)
Situs Ratu Boko berada di atas
bukit, 3 km dari selatan kompleks Candi Prambanan. Sekitar
sepuluh menit perjalanan dari Prambanan, sampailah kami di situs Ratu Boko. Dan
selama sepuluh menit tersebut, kami disuguhi pemandangan yang indaaaah banget.