Search This Blog

Thursday, April 18, 2013

Si Cantik Pagoda Ekayana


Pagoda ini punya kisah tersendiri buat saya. Tahun 2010, saya bersama 3 mom’s jalan-jalan juga ke tempat ini. Pulang dari Danau Linow, ibu Meis bilang kalau kami harus lihat satu tempat ibadah umat Buddha yang cantik sekali. Saya sempat mengerutkan kening waktu itu. Kalau lihat Gereja di Manado, itu biasa. Masjid juga terdapat beberapa, meskipun tempatnya tidak di pinggir jalan. Tapi Pagoda? Saya saja belum pernah lihat secara langsung Pagoda itu seperti apa. Bu Meis mengantarkan kami kesana. Saat itu waktu menunjukkan pukul 18.30 WITA. Sayaang sekali, Pagoda sudah tutup. Dan kami, hanya bisa menikmati Keindahan Pagoda dari pintu gerbang. Sempat ambil gambar juga. Tapi meskipun hanya bisa memandang dari jauh, mata saya langsung “cling!” Subhanallah...indaaah sekali Pagoda ini dalam balutan cahaya lampu. Berkerlap-kerlip di puncak pegunungan yang gelap. Seperti perhiasan emas yang berkilauan. Begini penampakannya :

 
Sehingga saya berjanji ke diri sendiri, kalau saya dikasih kesempatan terbang ke Manado kelak, saya ingin berkunjung lagi ke tempat ini. InsyaAllah. 

Dan Tuhan mengizinkannya...

Hari itu, 24 Agustus 2012, sore hari, saya sudah memasuki pelataran Pagoda Ekayana. Nama pagoda baru saya ketahui hari itu juga. Dulu kan papan namanya nggak kelihatan, gelap soalnya...
Baiklah, mulai cerita tentang Pagoda Ekayana. 

Pagoda Ekayana, atau orang biasa sebut sebagai Vihara Ekayana, merupakan tempat ibadah umat Hindu yang Pertama berdiri di Tomohon. Pagoda ini berada di kelurahan Keskasken Dua, Tomohon. Lokasinya nggak begitu jauh dari jalan utama kota Tomohon. Masuk ke perumahan penduduk, dan tempatnya di tengah-tengah alam yang asri. Halamannya luas dan udaranya sejuk yang menghadap ke Gunung Lokon.

Masuk ke Pagoda Ekayana nggak ada tiket khusus. Kita hanya diharuskan mengisi buku tamu, dan memberikan sumbangan sukarela di kotak amal. Nah, uang ini dipergunakan untuk biaya pemeliharaan Pagoda. Nggak dipatok berapa uang yang harus dimasukkan ke dalam kotak amal. Pokoknya, seridhonya deh. Saya saja waktu itu cuma ngasih 10K aja. Begini nih bentuk kotak amalnya :



Masuk ke dalam, saya menemukan ada beberapa bangunan disitu. Ada Pagoda Ekayana yang jadi bangunan utama, terdiri atas 9 lantai yang menjulang tinggi dengan arsitektur khas Cina. Jadi ingat film Sun Go Kong. Karena setelah Pagoda Ekayana, di sebelahnya tuh ada Istana Dewi Kwan Im. Itu lho...Dewi cantik yang baik hati dan selalu menolong Sun Go Kong and the Gank. Saya sempat ragu, tapi kata Glenn kita diperbolehkan masuk ke dalam bangunan tersebut. Jangan lupa yaa...alas kaki harus dilepas untuk menjaga kesucian tempat ibadah. 

 

Ternyata di dalam istana Dewi Kwan Im indah sekali. Ada patung Dewi Kwan Im yang super besar. Terus tempat ibadahnya juga luas dan terdengar kidung-kidung pujian yang dilantunkan kepada dewa dewi (hehe saya cuma nebak itu kidung pujian, mungkin kalau dalam islam itu kayak sholawat nabi kali ya?). Sayangnya, kita dilarang mengambil gambar di dalam tempat ibadah ini. Meskipun demikian masih saja ada yang nyolong-nyolong ngambil gambar. Buat apa coba? Padahal apa susahnya menjaga sopan santun di tempat ibadah agama lain?

Karena di Istana Dewi Kwan Im boleh masuk, akhirnya saya juga pengen masuk ke Pagoda Ekayana. Bagus banget...tapi di dalamnya bukan patung Dewi Kwan Im. Melainkan Patung Budha Rulai (Eh bener nggak ya Budha Rulai?) pokoknya yang gede banget deh. Patung Budha terbesar yang pernah saya lihat. Maklum, saya kan nggak pernah ke vihara sebelumnya. Sama dengan di istana Dewi Kwan Im, disini juga nggak boleh ambil gambar di dalam tempat ibadah. Kalau diluar sih boleh-boleh saja. Nih contohnya kenarsisan saya :D

 Beradu keren dengan Pagoda Ekayana :D

Waktu saya majang foto itu di fb, banyak yang mengira saya lagi di Bangkok lho...padahal masih di Indonesia tercinta. Hihihi...

Nah diluar pagoda ini, bagi anda yang berminat, anda bisa melakukan ramalan kuno Ciam Si. Jadi inget film-film China. Ciam Si sendiri merupakan ramalan yang berdasarkan syair-syair kuno China. Cara kerjanya, beberapa batang bambu seperti sumpit lebar diletakkan dalam wadah bambu bulat. Masing-masing batang bambu berisikan nomor. Setelah itu wadah bambu dikocok sampai mengeluarkan satu batang bambu. Dari nomor yang tertera di batang bambu, anda tinggal mencocokannya dengan kotak yang berada di sisi kiri dinding. Nah, di kotak tersebut ada kertas berisikan ramalan. Ramalan tertera dalam kanji-kanji khas tulisan China. Ada juga terjemahannya dalam bahasa Indonesia. 

Glenn nawarin saya buat ikutan diramal. Saya langsung menggeleng. No. Saya jadi pengamat saja. Lagian dalam agama saya, namanya ramal meramal itu haram. Sedangkan buat saya sendiri, ramalan membuat hidup tak lagi hidup. Hehe...karena pada dasarnya, kehidupan itu indah kalau kita jalani, kan? Sisi menarik kehidupan justru terletak pada kemisteriusan akan masa depan. Contohnya saja kalau kita mau nonton film, terus ternyata teman kita yang sudah nonton duluan ngasih tahu jalan cerita film itu ke kita. Jadi nggak seru lagi kan filmnya? Nggak ada sisi menariknya. Karena semuanya sudah bisa ditebak.

Saya jalan lagi ke belakang vihara, dan menemukan patung Kodok raksasa. Di depan patung kodok itu ada kolam air, yang tengahnya ada lonceng. Nah...disini kita boleh melempar koin. Jadi inget sama air mancur di Roma, yang kalau kita lemparkan koin kesitu, nanti bisa ketemu jodoh. Tapi di Roma kalah canggih sama yang disini. Di depan patung kodok, ada beberapa patok yang bertuliskan Bahagia, Harta, Panjang Umur, Kedudukan atau Pangkat, dan Keberuntungan. Patok ini diperuntukkan sebagai posisi untuk melempar koin. Nggak cuma minta jodoh saja. 


Kelihatannya gampang ya, melempar koin ke lonceng? Tapi kenyataannya susah banget lho...karena ada replika koin kuno yang ada lubang di tengahnya, menghalangi si lonceng. Koin replika raksasa ini muter-muter terus mengelilingi lonceng. Padahal si lonceng ada di tengah-tengah. Hahaha...pantesan banyak yang meleset. Jadi banyak koin numpuk tuh di kolam. Saya sih tertariknya duduk dan berpose aja di patok itu. nggak usah melempar koin, hanya dengan keyakinan hati maka saya bisa dapatkan yang berikut ini :


Posisi menentukan prestasi. Hahaha maksa yaa...

 
 

Selesai berpose di belakang, saya ke bagian depan Vihara Ekayana. Saya menemukan patung budha. Tapi versi India. Namanya patung Bodhidharma. Setelah itu ada patung Baradvaja yang lagi duduk di atas rusa, Kanaka the Vatsa, Vanavasha si patung galau, Nakula, dan lainnya. Patung-patung ini menggambarkan karakter manusia. Ada yang rajin, pemalas, pengemis, petani, dan lain sebagainya. 
 
So, menurut saya tempat ini highly recomended buat dikunjungi kalau anda ke Tomohon. 

Puas mengelilingi Pagoda Ekayana, sudah menjelang maghrib sih...tapi hari masih terang. Matahari terlihat sudah mulai ngumpet tuh...mendung pula. Bahkan hujan sudah rintik-rintik turun. Tapi kata Glenn, kalau kami langsung pulang ke Manado sayang...masih ada satu tempat yang worthed banget dikunjungi.


Lets see...