Search This Blog

Monday, July 21, 2014

Safari Ramadhan Part 2 - Masjid Agung Al-Karomah, Martapura

Masjid Agung Al-Karomah berdiri megah di tengah kota Martapura, yaitu kota yang dikenal dunia sebagai kota intan. Sesuai dengan nama kotanya, Masjid ini pun sungguh menggambarkan kemewahan intan itu sendiri. Secara interior, mungkin masjid inilah masjid dengan interior termewah dan ternyaman di Indonesia yang pernah saya kunjungi. Ini pendapat pribadi lho ya...karena saya pecinta bangunan klasik a-la Eropa gitu. Dan kubah masjid ini berbentuk bawang dengan ornamen gaya Belanda dan arsitektur interior gaya Modern Eropa. Namun meski bergaya modern, empat tiang yang terbuat dari Kayu Ulin yang menjadi Saka Guru peninggalan bangunan pertama Masjid masih tegak di tengah. Tiang ini dikelilingi puluhan tiang beton yang menyebar di dalam Masjid.

Masjid Agung Al-Karomah, Martapura. (sumber: panoramic.com)
Tak hanya itu, Kota Martapura yang juga terkenal dengan Kota Santri membuat masjid ini senantiasa ramai oleh orang-orang yang ingin memakmurkan masjid. Kita juga bakal ketemu banyak orang keturunan Arab disini, karena memang penduduk Martapura banyak yang keturunan Arab.

Berpose setelah shalat maghrib dan isya di Masjid Al-Karomah Martapura
Yeni yang berusaha memeluk pilar masjid
Nggak bosen narsis di dalam masjid :D
Karena ada mitos kalau bisa berhasil memeluk pilar masjid bakal cepet naik haji, si Yeni berusaha memeluk pilar itu. Tapi apa mau dikata, pilar raksasa ini sulit sekali dipeluk. Tapi Yeni tak putus asa. Tak berhasil memeluk, maka dia ngumpet dibalik pilar dengan gaya Indiahe :D

Safari Ramadhan - Masjid Raya Sabilal Muhtadin, Banjarmasin

Banjarmasin dikenal sebagai "Kota Seribu Masjid". Saya rasa yang demikian tidaklah berlebihan, karena rumah ibadah umat Islam ini sangat mudah ditemukan di Banjarmasin, dan kota-kota sekitarnya yang masih dalam wilayah provinsi Kalimantan Selatan. Saat saya dikasih kesempatan untuk jalan-jalan keliling Banjarmasin tempo hari, maka saya manfaatkan untuk menunaikan ibadah shalat di setiap masjid yang saya lewati. 

Masjid pertama yang saya kunjungi adalah Masjid Sabilal Muhtadin. Terletak di jantung kota Banjarmasin, Masjid ini berdiri dengan gagahnya. Bangunannya yang menghadap Sungai Martapura menjadi daya tarik tersendiri. Arealnya yang luas, keseluruhan lantainya yang berlapis marmer, dan pilar-pilarnya yang besar dan tinggi memberikan kesan megah dan mewah. Saya seperti merasa sedang berada di Madinah. Pantaslah kalau Masjid ini menjadi kebanggan masyarakat Banjarmasin.

Masjid Raya Sabilal Muhtadin (tampak samping)
Memasuki masjid, hawa sejuk langsung terasa. Sungguh jauh berbeda dengan suhu di luar yang mungkin saat itu mencapai 34 derajat celcius. Namun selebihnya, saya hanya bisa berdecak kagum. Kalau dari luar hanya terlihat lantainya saja yang berlapiskan marmer, ternyata setelah kita masuk ke dalamnya, kita dapat melihat bahwa dinding, lantai, menara, dan turap plaza, keseluruhannya berla­piskan marmer. Pastinya super mahal. Masjid ini dapat menampung sekitar 15.000 jamaah. Di bagian dalam bangunan sekitar 7.500 jamaah, dan di luar 7.500 jamaah. Luar biasa, bukan?

Areal luar masjid
Uniknya, jika kita masuk ke dalam masjid, maka langsung terdengar nyanyian burung. Saya yang penasaran pun akhirnya melihat ke langit-langit masjid yang kubahnya memang didesain dengan kaligrafi yang berlubang gitu. Dan disitulah asal muasal suara nyanyian burung tadi. Mereka banyak yang berteduh di areal kubah.

Interior di dalam masjid
Kalau dari sisi sejarah yang saya kutip di wikipedia, Masjid Sabilal Muhtadin diambil dari nama ulama besar Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari (1710-1812) yang mengembangkan Islam di Kerajaan Banjar. Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari adalah penulis kitab Sabilal Muhtadin. 


Nah, gitu deh ceritanya...karena saya harus melanjutkan perjalanan, setelah shalat jamak qashar dzuhur dan ashar saya pun meninggalkan masjid ini. Masjid yang mewah, megah, dan juga sangat bersih dan terawat. Semoga selalu demikian.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, 
Arum Silviani.

Sunday, July 20, 2014

Tanjung Beloam, Mutiara dari Lombok Timur




5 Hari Trip Keliling Pulau Lombok & Bali
Masih di kawasan Desa Sekaroh Kecamatan Jerowaru, ada lagi Pantai Tanjung Beloam. Tak jauh dari Pantai Pink. Kalau di Pantai Pink saya terpesona dengan warna pasirnya, di Pantai Tanjung Beloam saya langsung terkesima karena saya terpesona dengan semuanya. Meskipun garis pantainya tak terlalu luas, tapi panoramanya luar biasa. Pasirnya putih bersih dan sangat halus. Air lautnya bergradasi dari mulai buih putih, bening, hijau tosca, mint, aqua, biru muda, hingga biru tua yang pekat. Langitnya biru bersih, dengan udara segar tanpa polusi. Ombaknya bergulung tinggi, seolah memamerkan kekuatannya. Namun jangan khawatir, tebing-tebing di sekitarnya memeluk pantai dengan gagahnya. Memberikan ketenangan pada ombak hingga ketika sampai di bibir pantai, yang tersisa adalah kelembutannya. 

Landscape Tanjung Beloam
Gradasi cantik air laut dan pasir putih
Tak ada kata lain selain Subhanallah...

Sepanjang saya berjalan menyusuri pantai-pantai di Indonesia, saya berani mengatakan kalau pantai ini menempati urutan Nomor 1 buat saya. Keindahannya mengalahkan Pantai Parai Tenggiri di Bangka. Uniknya, pantai ini letaknya sangat tersembunyi. Bersembunyi jauh di dalam hutan, membuat kita merasa seperti berada di “The Lost World”
Tebing Tanjung Beloam dari pinggiran pantai
Jangan salah paham ya, itu baju saya ketiup angin
Sulit mengatakan keindahannya dengan kata-kata, karena takkan pernah cukup menggambarkannya. Buat anda yang berkunjung ke Lombok Timur, pantang bagi anda untuk melewatkan Pantai Tanjung Beloam. Selain letaknya yang satu arah dengan Pantai Tangsi dan Tanjung Ringgit, Tanjung Beloam sungguhlah indah. Pasti akan membuat anda susah lupa. Saking bagusnya, temen saya Danu sampai jualan donat disitu :D

Danu jualan donat di Tanjung Beloam
Bersembunyi di balik Tebing
Selca...:D
Satu hal yang agak annoying, disini kita harus melewati dan “minta izin” pemilik resort Jeeva Beloam karena Pantai Tanjung Beloam “katanya” masuk dalam wilayahnya. Kita juga nggak bisa bebas disitu karena yang diutamakan adalah tamu resort. Saya agak nggak setuju dengan pola ini. Pantai itu milik umum, tapi mereka mengklaim bahwa itu bagian dari resort. Hmm...nampaknya Dinas Pariwisata Lombok harus bertindak tegas nihh. Kalau begini caranya dan nggak ada aturan yang tegas, bukan nggak mungkin setiap pantai indah di Indonesia bisa habis diklaim sama orang yang punya duit untuk dijadikan pantai pribadi. Untungnya saat kami kesitu, Jeeva Beloam sudah memperbolehkan orang luar selain tamu resort bisa masuk. Karena sebelumnya, pantai ini sungguh-sungguh tertutup.

Anywaay...meskipun cuma sebentar disitu, tapi saya dan sahabat IDC puas banget. Tak lupa, saya selfie kaki dulu di Tanjung Beloam.
Terima Kasih Tuhan, kau izinkan aku untuk menapakkan kaki di Bumi ciptaanMu yang indah ini
Tanjung Beloam Lombok Timur, HIGHLY RECOMMENDED!

Saturday, July 19, 2014

Surat Ar-Rum

My Love and Life, Quran
Q.S Ar-rum, salah satu surat dalam Al-Qur'an yang menjadi vavorit saya. Apalagi kalau bukan karena kesamaan nama? 

Tapi utamanya bukan itu. Melainkan karena kandungan dari Al-Qur'an surat Ar-rum sangatlah indah. Bukti bahwa Allah menjanjikan kemenangan setelah kekalahan. Allah tempat kita meminta, dan Allah menolong siapa saja yang dikehendakiNya. Dia Maha perkasa, lagi Maha Penyayang. Dalam Ar-rum tertulis jelas firman Allah bahwa islam adalah agama yang fitrah, Dia yang menghidupkan orang mati pada hari kiamat, Dia yang menjanjikan taman surga bagi orang beriman, Dia mengatur waktu siang untukmu bekerja dan waktu malam untukmu beristirahat, menciptakan perbedaan bahasa dan warna kulit manusia agar kita saling mengenal, memperlihatkan kilat pada kita untuk menimbulkan ketakutan dan harapan agar kita senantiasa berserah, Dia menurunkan hujan sehingga menghidupkan bumi, Dia...dengan segala kebesaranNya, mengejawantahkan pada manusia apa arti cinta dan pasangan sejati.

Sungguh, pada yang demikian terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berpikir dan mengerti.

Semoga kita termasuk di dalamnya.

Bandung, 21 Ramadhan 1435H.

Mahasiswa Mental Tahu



Saya nggak ngerti, makin kesini, kualitas mahasiswa semakin menurun. Adanya smartphone dan kemajuan teknologi justru ditanggapi salah. Bukannya memaksimalkan teknologi, tapi malah menyalahgunakannya. Kebetulan saya masih ngajar. Dan kalau boleh saya ngomong, semester genap tahun ini merupakan kelas dengan kualitas terburuk sepanjang saya mengajar di sebuah kampus. 

Cukup bikin saya ilfil dalam mengajar. Selama ini, kalau saya ngajar tuh saya nggak peduli anak itu pinter atau tidak.  Saya juga nggak pernah peduli dia anak siapa. Lulusan SMA mana, dan latar belakang keluarganya bagaimana. Tapi saya melihat dari sisi usahanya. Keras nggak usahanya? Tinggi nggak daya juangnya? Kuat nggak semangat belajarnya? Kalau semua itu positif, maka sekuat tenaga, pikiran, kemampuan dan hati saya curahkan buat mereka. Saya akan support mereka dalam mencapai cita-cita dengan cara membangun karakter mereka sendiri. Memupuk kepercayaan diri mereka hingga mereka berani maju menghadapi segala aral melintang.

Selama saya ngajar dari tahun 2010, sebandel-bandelnya mahasiswa yang saya ajar tuh pasti ada nilai lebihnya. Ada usahanya. Ada sopan santunnya. Paling nggak, ada keinginan untuk maju.

Namun baru kali ini, rasanya mahasiswa yang saya ajar nggak punya rasa itu. Rasa tanggung jawab sebagai mahasiswa, tanggung jawab ke orang tuanya, apalagi tanggung jawab ke bangsanya. Semua dijalani dengan prinsip “Sa’karepe.” Masuk kuliah Sa’karepe, belajar sa’karepe, ngerjain tugas sa’karepe, ujian pun nyontek dengan memanfaatkan kepintaran “Smartphone” sehingga tanpa sadar mereka miminimalisir fungsi otak, bukan mengasahnya. Ujungnya, jangankan tajam. Ini sudah masuk ke tahap kedul akibat korosi yang kronis.  

Memprihatinkan. Itu yang bisa saya katakan.

Ketika usaha dan sopan santun sudah nyaris tidak ada. Okelah, beberapa anak masih punya sopan meskipun sedikit. Tapi banyaknya ya itu. Semaunya sendiri, bahkan mengatur dosennya. Waktu Ujian dosennya diatur supaya menyesuaikan dengan mereka. Mau konsultasi dosennya diatur. Belum lagi bahasa sms dan email yang teramat-sangat tidak sopan karena bunyinya memerintah.

Saya jadi mikir, yang butuh itu siapa? Dosen atau mahasiswa? 

Disaat dosen menyediakan waktu buat bimbingan, hanya satu dua yang datang. Sisanya, alasan mengerjakan skripsi. Tapi ternyata, skripsi pun masih kacau balau. Giliran saatnya mengumpulkan tugas besar, banyaaaak banget excusenya. Dari yang mulai sakit lah, urusan keluarga lah, sibuk ngerjain yang lain lah. Kalau sudah begini, bagaimana coba? Diingatkan nggak mempan. Ditegur patah arang. Melempem. Bagaimana dengan generasi penerus bangsa ini? Bukannya semakin kuat dan kokoh malah kini bermental tahu. Ditekan langsung hancur.

Dikala bangsa lain bermentalkan baja, berperisai tekad, bersenjatakan kerja keras, berkarakter kuat dan saling menghargai, generasi penerus bangsa kita malah bermental tahu, berperisai loyo, dan bersenjatakan sa’karepe. Ditambah lagi, karakter dan attitude yang buruk. Semangatnya hanya untuk membully adik-adik kelasnya dengan OSPEK yang nonsense. 

Hasilnya? 

Aku ra’ po po.

Apakah masih ra’ po po kalau akhirnya jadi terseok-seok, diinjak, dan jadi melarat di negeri sendiri?

Saya hanya berharap, pemuda-pemudi yang saya sebutkan tadi segera sadar dan mau mencambuk dirinya sendiri untuk dapat berpikir jernih. Kalaupun tidak, mudah-mudahan, di luar sana masih banyak mahasiswa yang kuat keinginannya, kuat usahanya, dan selalu berusaha membangun karakter juga attitudenya.