Beberapa bulan belakangan ini
news feed akun facebook saya dipenuhi dengan orang yang ngeshare tentang betapa
hebat dan sucinya sebuah partai. Orang itu juga mengagung-agungkan pemimpin dari
partainya, dan dengan hebohnya menjelek-jelekkan pemimpin bangsa ini yang bukan
berasal dari partai tersebut. Sibuk...banget cari-cari kekurangan Si Bapak X
dan Bapak Y, Ibu M dan Ibu N, karena si bapak-bapak dan ibu-ibu tersebut
kebetulan mempunyai jabatan penting di negeri ini. Semua dikorek-korek,
tapi...tanpa BUKTI yang nyata. Hanya sibuk ngeshare sana-sini, ngambil dari web
ini dan web itu, pinter banget cari celah buat menjelekkan Bapak X dan Bapak Y,
juga Ibu M dan Ibu N.
(Nama Bapak X, Y, dan Ibu M, N
hanya sebuah pemisalan).
Tadinya saya mikir, ini orang
kerjanya ngapain ya? Apa seharian dia hanya sibuk mikirin si bapak-bapak dan
ibu-ibu pejabat itu? Atau bahkan, sehari semalam dia menelusuri berbagai web yang
menulis tentang kejelekan orang lain? Memang ada untungnya ya menjelek-jelekkan
orang?
Padahal saya yakin, orang yang
dijelekkan pun nggak tahu menahu tentang keberadaan si tukang ngeshare berita
jelek ini. Nggak peduli malah. Karena yang bersangkutan disibukkan dengan
tugasnya, yaitu bekerja sebaik yang dia bisa demi negeri ini.
Saya pun teringat dengan pepatah,
Biarkan anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu.
Nah, dalam kenyataannya, tentu
bisa dilihat dong siapa kafilah, siapa pula yang menggonggong. Saya nggak usah
menyebutkan nama partainya apa, siapa yang menjelek-jelekkan, dan siapa yang
dijelek-jelekkan. Karena toh blog ini nggak dipakai buat menjelek-jelekkan
suatu partai, golongan, ataupun kaum tertentu. Blog ini saya buat untuk
menyebarkan dan menimbulkan brand awareness positif terhadap negara kita,
Republik Indonesia. Maka dari itu, saya merasa perlu meluruskan sesuatu.
Pertama, ngurus negara sebesar
Indonesia tuh nggak gampang. Dengan kondisi masyarakat yang heterogen, juga
budaya dan bahasa yang berbeda. Nggak bisa tuh kita ambil satu pembenaran saja.
Harus ada pemakluman, toleransi, juga kerja keras buat menyatukan negara ini.
Kedua, negara republik Indonesia,
bukan negara agama. Sehingga semestinya, kita saling menghormati dan menghargai
antarumat beragama dalam kehidupan bermasyarakat. Barangsiapa yang nggak bisa
bersikap seperti ini, mungkin PPKN nya nggak lulus. Atau bisa jadi, yang
bersangkutan memang nggak mengerti apa sejatinya makna kehidupan bernegara.
Ketiga, daripada menjelek-jelekkan
kaum, partai, maupun golongan tertentu, lebih baik bergerak dong. Lebih jelas
tujuannya, lebih jelas maknanya, juga lebih jelas hasilnya nanti. Daripada ngeshare
kabar berita yang belum tentu benar, jatuhnya jadi ghibah. Satu saja langkah
yang kita jalani demi kebaikan, siapa tahu banyak yang mengikuti. Nggak usah
nunggu pemerintah atau partai.
Satu saja langkah nyata.
Sekarang kita tahu Gunung Kelud
meletus, Jakarta Banjir, Sinabung Erupsi. Nggak usah sibuk mikirin presiden
melakukan apa, gubernur bersikap gimana, bupati bikin apa. Kalau punya
uang, ya transfer saja ke rekening yang sudah ditetapkan untuk menampung
bantuan. Hari gini transfer gampang banget kok. ATM dimana-mana, bahkan bisa
sms atau internet banking. Kalau punya baju-baju yang layak pakai, datangi
saja posko bencana terdekat. Titipkan bantuan anda disitu. Tapi kalau nggak
punya apa-apa untuk diberikan, ya berdoalah. Titipkan doa pada Tuhan,
keselamatan saudara-saudara kita disana.
Simpel kan? Nggak perlu
menggonggong. Karena manusia nggak semestinya melakukan hal itu. manusia
dikasih anugerah akal dan pikiran oleh Tuhan YME. Sehingga manusia punya
kesempatan guna memanfaatkan anugerah tersebut.
Itu Saja.
No comments:
Post a Comment