Search This Blog

Sunday, February 16, 2014

Sampah di News Feed Facebook



Beberapa bulan belakangan ini news feed akun facebook saya dipenuhi dengan orang yang ngeshare tentang betapa hebat dan sucinya sebuah partai. Orang itu juga mengagung-agungkan pemimpin dari partainya, dan dengan hebohnya menjelek-jelekkan pemimpin bangsa ini yang bukan berasal dari partai tersebut. Sibuk...banget cari-cari kekurangan Si Bapak X dan Bapak Y, Ibu M dan Ibu N, karena si bapak-bapak dan ibu-ibu tersebut kebetulan mempunyai jabatan penting di negeri ini. Semua dikorek-korek, tapi...tanpa BUKTI yang nyata. Hanya sibuk ngeshare sana-sini, ngambil dari web ini dan web itu, pinter banget cari celah buat menjelekkan Bapak X dan Bapak Y, juga Ibu M dan Ibu N.

(Nama Bapak X, Y, dan Ibu M, N hanya sebuah pemisalan). 

Tadinya saya mikir, ini orang kerjanya ngapain ya? Apa seharian dia hanya sibuk mikirin si bapak-bapak dan ibu-ibu pejabat itu? Atau bahkan, sehari semalam dia menelusuri berbagai web yang menulis tentang kejelekan orang lain? Memang ada untungnya ya menjelek-jelekkan orang?

Padahal saya yakin, orang yang dijelekkan pun nggak tahu menahu tentang keberadaan si tukang ngeshare berita jelek ini. Nggak peduli malah. Karena yang bersangkutan disibukkan dengan tugasnya, yaitu bekerja sebaik yang dia bisa demi negeri ini.  

Saya pun teringat dengan pepatah,

Biarkan anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu.

Nah, dalam kenyataannya, tentu bisa dilihat dong siapa kafilah, siapa pula yang menggonggong. Saya nggak usah menyebutkan nama partainya apa, siapa yang menjelek-jelekkan, dan siapa yang dijelek-jelekkan. Karena toh blog ini nggak dipakai buat menjelek-jelekkan suatu partai, golongan, ataupun kaum tertentu. Blog ini saya buat untuk menyebarkan dan menimbulkan brand awareness positif terhadap negara kita, Republik Indonesia. Maka dari itu, saya merasa perlu meluruskan sesuatu. 

Pertama, ngurus negara sebesar Indonesia tuh nggak gampang. Dengan kondisi masyarakat yang heterogen, juga budaya dan bahasa yang berbeda. Nggak bisa tuh kita ambil satu pembenaran saja. Harus ada pemakluman, toleransi, juga kerja keras buat menyatukan negara ini. 

Kedua, negara republik Indonesia, bukan negara agama. Sehingga semestinya, kita saling menghormati dan menghargai antarumat beragama dalam kehidupan bermasyarakat. Barangsiapa yang nggak bisa bersikap seperti ini, mungkin PPKN nya nggak lulus. Atau bisa jadi, yang bersangkutan memang nggak mengerti apa sejatinya makna kehidupan bernegara.  

Ketiga, daripada menjelek-jelekkan kaum, partai, maupun golongan tertentu, lebih baik bergerak dong. Lebih jelas tujuannya, lebih jelas maknanya, juga lebih jelas hasilnya nanti. Daripada ngeshare kabar berita yang belum tentu benar, jatuhnya jadi ghibah. Satu saja langkah yang kita jalani demi kebaikan, siapa tahu banyak yang mengikuti. Nggak usah nunggu pemerintah atau partai.

Satu saja langkah nyata. 

Sekarang kita tahu Gunung Kelud meletus, Jakarta Banjir, Sinabung Erupsi. Nggak usah sibuk mikirin presiden melakukan apa, gubernur bersikap gimana, bupati bikin apa. Kalau  punya uang, ya transfer saja ke rekening yang sudah ditetapkan untuk menampung bantuan. Hari gini transfer gampang banget kok. ATM dimana-mana, bahkan bisa sms atau internet banking. Kalau  punya baju-baju yang layak pakai, datangi saja posko bencana terdekat. Titipkan bantuan anda disitu. Tapi kalau nggak punya apa-apa untuk diberikan, ya berdoalah. Titipkan doa pada Tuhan, keselamatan saudara-saudara kita disana. 

Simpel kan? Nggak perlu menggonggong. Karena manusia nggak semestinya melakukan hal itu. manusia dikasih anugerah akal dan pikiran oleh Tuhan YME. Sehingga manusia punya kesempatan guna memanfaatkan anugerah tersebut. 

Itu Saja.

No comments:

Post a Comment