Search This Blog

Tuesday, February 3, 2015

Malang City, in my point of view



Tugu Malang

Udara di Kota Malang ini nggak jauh berbeda dari Kota Bandung. Itu pastinya yang bikin saya nagih datang kesini. Tapi yang utama adalah kulinernya yang memanjakan lidah. Keunggulannya bukan hanya kelezatan rasanya, tapi juga harganya yang murah dan nggak bikin kantong bolong. Selebihnya, Malang menawarkan nuansa sederhana dan belum terlalu padat seperti kota Bandung. Salah satu yang saya suka adalah ruas jalannya yang lebar, dengan sanitasi yang baik sehingga memberikan kesan tidak sumpek.

1. Well, pertama saya review dulu Tugu Malang. Tempat ini memang populer untuk hangout. Terletak persis di depan Balaikota Malang, dan sangat dekat dengan stasiun kota Malang. Tugu ini saya bilang nyaman untuk kita jalan-jalan atau sekedar duduk-duduk sambil bersantai menikmati sejuknya udara kota Malang. (Point : 5/5).

2. Ijen Boulevard menjadi salah satu jalan favorit saya di Malang. Karena dengan tampilannya yang cantik, bersih, dan juga bersejarah, jalan ini punya pesona tersendiri buat saya. (Point : 5/5).

3. Taman Pintar, di depan stasiun Kota Malang
Konsepnya cukup bagus sebenarnya, ada perpustakaan di tengah taman, patung singa, juga aneka tanaman yang bisa memberikan edukasi untuk anak-anak. Tapi...kalau saya lihat sih taman ini agak kumuh ya...nggak tau tuh. Mungkin karena banyak pedagang kaki lima mengitarinya, dan juga...banyak sampah di dalam taman itu. Padahal taman pintar selalu ramai dikunjungi karena letaknya yang strategis dan free of charge. (Point: 2/5).

4. Gajayana Stadium.  
Stadion Kebanggaan Ngalamers, juga salah satu tempat latihannya Ongis Nade (Singo Edan), sebutan untuk tim sepak bola Malang. Ini juga jadi salah satu spot favorit saya kalau ke Malang. Udaranya sejuk, bersih, dan tentunya...banyak kuliner lezat di sekitarnya. Satu yang paling saya suka adalah Rujak Manis Semeru yang terletak di Utara Stadion Gajayana. Potongan buahnya itu lho...nggak nanggung-nanggung. Besar-besar, dan porsinya sangatlah banyak. Buat saya, satu porsi bisa untuk bertiga. Selain potongan buah-buahan segar seperti bengkuang, nanas, timun, kedondong, dan mangga, rujak ini juga dilengkapi potongan tahu petis yang menambah keunikan citarasanya. Tak lupa, bumbu kacangnya yang benar-benar menggoyang lidah. Satu porsi rujak manis Semeru dibanderol Rp. 16 ribu. Rasanya? Highly Recommended! (Point 5/5).

5. Pusat Kerajinan Keramik Dinoyo.  
Meskipun cuma numpang lewat, pusat kerajinan keramik ini cukup menyita perhatian saya. Keramik Dinoyo tidak hanya terkenal indah, tapi juga murah. Murah nggak berarti murahan lho...Range harga dari 1.500 rupiah sampai 20.000 rupiah saja. Anda sudah bisa mendapatkan keramik dengan kualitas baik dan aneka bentuk yang cantik. (Point 4/5).

6. Sikap masyarakat Kota Malang sangatlah ramah, welcome, dan helpful. Tak usah segan tanya rute atau jalan. Dijamin anda nggak bakal disasarin deh. Baik itu pejalan kaki, supir angkot, supir taksi, warga sekitar, semuanya sangat helpful dan jujur. Kalau belanja, anda juga nggak akan ditipu soal harga.   
(Point : 5/5).

7. Tapi kekurangannyaa.... 
Hampir nggak ada toleransi buat para pejalan kaki! I hate this one. Contoh ya, Saya lagi mau menyebrang jalan. Saya tertib tuh menggunakan zebra cross. Tangan saya sudah melambai mengisyaratkan kalau saya mau menyebrang, tapi yang namanya pengendara motor dan mobil, enggan memberikan jalan. Terutama motor yang selalu cari celah untuk mendahului. Perbuatan yang tak jarang sangat membahayakan para pejalan kaki. Padahal apa yang mau dikejar coba? Toh di Malang hampir tidak ada tempat macet. Di Malang, ada fasilitas lampu merah untuk para penyebrang jalan. Kita bisa menekan tombolnya, dan traffic light pun akan menyala hijau untuk pejalan kaki, dan merah untuk kendaraan bermotor. Fasilitas ini juga dilengkapi sirine yang berbunyi nyaring saat lampu pejalan kaki menyala hijau. Tapi....entahlah. Lampu ini sepertinya dianggap formalitas buat para pengendara kendaraan bermotor di Malang. Jadi meskipun sudah nyala, jarang banget ada kendaraan yang berhenti sukarela buat nunggu kita menyebrang jalan. So, buat anda yang memutuskan jadi pelancong ke Malang dan jadi pejalan kaki, harus ekstra hati-hati. Fasilitas penyebrangan sudah sangat memadai, tapi sikap pengendara belum mampu mengimbangi fasilitas yang ada. Hal ini juga berlaku kalau anda ke Batu. Saat menyebrang, harus ekstra hati-hati meskipun kondisi jalannya sempit. Karena seringkali ada...saja pengendara yang nyelonong di depan kita. Ngebut pula. (Point : 0/5)

8. Alun-alun Kota Malang 
Mungkin Alun-alun ini sedang dibenahi saat saya bertandang. Tapi rasanya, dari tahun 2011 hingga terakhir Desember 2014, kok nggak beres juga. Hehehe...no offense ya...
Alun-alun Kota Malang adalah sebuah tempat yang terletak di jantung kota Malang, dengan tatanan yang indah sebenarnya, ada kolam air mancur di tengah alun-alun, banyak pepohonan dan tempat duduk untuk bersantai, udaranya sejuk, tapi....Super Duper kumuhnya. Pedagang kaki lima tumplek blek disitu. Sampah-sampah bertebaran meskipun tempat sampah tersedia dimana-mana. Terrible menurut saya. Sayang ya, Alun-alun kan sebagai icon penting suatu kota. Fasilitas publik yang seharusnya dijaga dengan baik. Semoga kelak kalau saya kembali lagi ke Malang, saya bisa duduk santai di tempat ini sambil menikmati suasana kota Malang yang menawan. (Point 1/5).

9. Masjid Agung Malang & Gereja Kayutangen Malang
Keduanya merupakan tempat ibadah yang saling berdampingan asri, dan berada di depan Alun-Alun Kota Malang. Berbeda dengan alun-alun Kota Malang yang semrawut, kedua tempat ibadah ini begitu syahdu. Bersih, dan menawarkan pesona masa lalu yang menghormati perbedaan. Masjid Agung dan Gereja ini mengingatkan saya pada Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral di Jakarta, yang letaknya juga berdampingan. (Point : 5/5).


10. Stasiun Kereta Api Kota Malang
Meskipun Stasiun ini sederhana dan fasilitasnya tak selengkap stasiun Bandung, tapi entah kenapa saya suka gaya bangunannya. Stasiun Kota Malang punya pesona tersendiri dan selalu indah dipandang di mata saya. Agak sempit sih, tapi bersih. (Point : 4/5).

11. Bandara Abdul Rachman Saleh
Sebenarnya Lanud, seperti Husein Sastranegara. Terletak di wilayah Angkatan Udara Malang, dan jarak tempuh dari gerbang ke dalam bandara lumayan jauh. Seingat saya, Lanud ini terbuka untuk penerbangan sipil sejak tahun 2011. Dan saat itu saya hanya bayar airport tax 6000 rupiah saja. Dulu belum ada yang namanya kafe-kafe di depan bandara. Sekarang di dalam bandara sudah ada kafe. Ruang tunggu juga sebenarnya sudah dibenahi jadi lebih representatif. Namun saat ini fasilitasnya kurang memadai untuk menampung jumlah penumpang yang melonjak tinggi. (Point 3/5).



Segitu dulu review dari saya tentang Kota Malang. Saya kasih point berdasarkan pendapat pribadi. Nggak ada alasan apapun, hanya untuk memberikan tips kepada anda yang ingin berkunjung ke Malang dengan aman dan nyaman. Suatu Kota nggak ada yang sempurna. Untuk menuju berkembang, pastilah butuh aneka pembenahan. Seperti Malang yang kini sedang berbenah. Sisanya, tempat-tempat wisata di sekitaran Kota Malang dan Batu akan saya review terpisah, supaya lebih detail dan jelas. So, jangan ragu untuk eksplore Malang.

Selamat berkunjung ke Malang!
 


No comments:

Post a Comment