|
Jembatan Kereta Api Kaliwangi - Losari |
Setelah selesai silaturahmi di Desa Sidabowa Kecamatan Patikraja, saya dan keluarga kembali ke rumah Eyang saya dari Bapak di Rawalo. Tempat saya menghabiskan masa SMA. Tempat ini penuh kenangan buat saya tentunya. Saya banyak belajar jadi manusia sebenar-benarnya disini.
|
Pintu |
Nah, kalau ini adalah Pintu kamar saya, tidak ada yang
berubah. Di kamar itulah saya memulai mimpi bahwa suatu hari nanti,
saya bisa mengelilingi Indonesia, bisa menjajaki dunia luas. Tak hanya duduk
diam dan terlena dengan kenyamanan di desa. Keadaan rumah juga masih sama seperti dulu. Hanya bedanya, nggak ada lagi Eyang Kakung yang super cerewet dan senang mendongeng. Hanya ada Eyang Putri yang selalu sendirian, kangen sama anak cucunya yang sebagian besar tinggal di Jakarta. Sayangnya, Yangti nggak mau difoto :D
|
Kondisi ruang tamu yang berantakan :D |
Hari ketiga kami habiskan dengan
bermalas-malasan di rumah eyang. Istirahat, sambil menikmati suasana desa. Tentu
saja Daya, adik saya yang gembul itu protes, minta jajan. Akhirnya saya ajak ke
Pasar Rawalo untuk menikmati bakso langganan saya dulu. Langsung deh dia
senyum-senyum.
|
Bakso Rawalo, Rp. 10.000/porsi |
|
Daya dan semangkuk Bakso |
Hari keempat, saatnya kembali ke
Jakarta. Berat rasanya pamitan sama Eyang Putri. Tapi sebelumnya, kami mampir dulu beli oleh-oleh di Pasar Sampang,
Kabupaten Cilacap. Letaknya tak terlalu jauh dari rumah eyang saya di Rawalo. Karena
panas terik, saya mengajak kedua adik saya nongkrong di warung es kelapa muda. Tapi saya memang strict
kalau soal makanan ke mereka berdua. Apalagi habis puasa, salah makan bisa-bisa
penyakit menyerang. Saya pesankan kelapa muda dengan gula merah organik, tanpa
es. Ternyata rasanya sangat enak dan menyegarkan. Kelapanya juga asli, sehingga
benar-benar segar. Harga per gelasnya hanya Rp. 3000,- saja.
|
Penjual Es Kelapa Muda di Depan Pasar Sampang, Cilacap |
|
Daya & Pia. Kakaknya kalah gede sama adiknya |
|
Segelas Kelapa Muda & Gula Merah Organik |
Sebelum pulang, boleh dong menikmati
pinggiran Sungai Serayu. Letaknya hanya sepelemparan batu dari rumah Eyang saya
di Kebasen. Sore itu air sungai berwarna hijau, dan debit airnya tak terlalu
tinggi. Mungkin karena musim kemarau. Dari sisi ini, kita bisa melihat Kereta
Api melintas di seberang sana.
|
Diambil dari sisi kecamatan Kebasen |
|
Bersama sepupu-sepupu |
Kadang kita perlu kembali ke
kampung halaman, untuk tahu dan mengingatkan, darimana kita bermula.
dadi asline Sidabowa apa Rawalo Mb,
ReplyDeletekok ra nyemplung serayu,
ahahahaha