Rencana ini memang sudah lama
dipikirkan. Berawal dari penukaran milleage Garuda Indonesia (saya hanya perlu
bayar Rp. 87.000 untuk fuel charge tiket Malang-Jakarta) akhirnya saya
memutuskan untuk menuju...Malang!
Liburan kali ini bisa dibilang
ala ransel, bisa dibilang ala koper. Tengah-tengahnya lah ya, flashpacker. So,
niatan buat tahun baruan di kota orang akhirnya terwujud. Meskipun ternyata,
tiket kereta api dari Kota Bandung ke Stasiun Kota Malang dibanderol lumayan.
Untuk kelas ekonomi plus, satu tiket kena Rp. 265.000,00. Tapi karena belinya 4
sekalian, jadinya dapet diskon. Jadi per tiket kereta Ekonomi Malabar jatuhnya
Rp. 252.000 per orang.
Kereta Malabar baru menepi
sekitar pukul 9.30. Satu hal yang menyebalkan, setelah kereta ini sampai di
Blitar, perjalanan dari Blitar ke Kota Malang ditempuh dengan kecepatan siput.
Super pelan. Kayaknya lebih kenceng naik sepeda deh (saya bandingin gini karena
adakalanya jalan kereta bersisian dengan jalan raya. Dan pengayuh sepeda bahkan
bisa nyalip kereta ini). So, total waktu tempuh dari Stasiun Bandung ke Stasiun
Kota Malang adalah 16 Jam. Boleh telat, tapi nggak boleh kurang dari 16 jam
itu.
Keluar stasiun kami memutuskan
untuk sarapan di warung makan yang terletak tepat di depan stasiun Kota Malang.
Nama warungnya lupa, tapi disitu banyak taksi yang mangkal. Saya pilih warung
tersebut karena tahun lalu sebelum berangkat ke Bromo kami makan disitu, dan
rasa masakannya enak-enak.
Setelah makan kami naik taksi ke
penginapan Safa di Jl. Danau Tondano. Reviewnya bisa dilihat disini
Tarif
taksi dari stasiun ke penginapan adalah Rp. 35.000. Perjalanan sekitar 15 menit
saja. Selanjutnya istirahat sebentar, dan selepas dzuhur kami mulai jalan lagi.
naik angkot CKL dari depan penginapan, turun di Jl. MT. Haryono. Jalan kaki
sambil menikmati Kota Malang yang sejuk, kemudian menepi di tempat makan
Legendaris, Bakso Presiden. Suasana kala itu ramai sekali. Maklum, malam tahun
baru. Antrian mengular panjang, tapi kami nggak nunggu terlalu lama kok. Review
tentang tempat makan ini bisa dilihat disini
Depot Bakso Presiden |
Habis makan bakso presiden, kami
naik angkot menuju ke Balaikota. Tujuan utama : Museum Tempoe Doeloe. FYI,
kalau kamu menggunakan aplikasi WAZE atau Google Maps, akan sangat membantu.
Tapi...jalur angkot di Malang selalu saja berlawanan dengan jalan yang
direkomendasikan oleh aplikasi tersebut. Yang paling TOP adalah pakai GPS
mulut. Alias nanya orang. Warga Kota Malang ramah-ramah, dan pasti memberikan
informasi yang akurat pada kita dengan senang hati. Contohnya, waktu kami salah
naik angkot, salah satu penumpang angkot menjelaskan ke kami dengan panjang
lebar. Bahkan ada penumpang yang duduk di samping pak supir sampai nelpon
segala ke temennya, demi bisa ngasih info yang benar ke kita. Salut deh buat
warga Malang.
Tugu Malang |
Setelah jalan kaki sesuai dengan
petunjuk bapak yang baik hati (salah satu penumpang angkot), akhirnya kami
ketemu Balaikota Malang. Ternyata jalan di depan Balaikota ditutup karena
malamnya akan diadakan pesta tahun baru. Iseng, kami masuk saja ke dalam areal
Balaikota. Numpang lewat sama bapak-bapak pegawai Balaikota yang kebetulan
sedang mengatur panggung. Ternyata mereka ramah sekali, bahkan menunjukkan
dimana letak Museum Malang Tempoe Doeloe yang menjadi tujuan kami. Reviewnya bisa dilihat disini
Museum Malang Tempoe Doeloe |
Well, ternyata Museum Tempoe
Doeloe berada tak jauh dari Balaikota. Tepatnya di belakang balaikota, di lingkungan
perumahan. Dari luar nampak kecil, tapi ternyata di dalamnya luas. Kami pun
menghabiskan waktu disini. Puas menikmati Museum, kami jalan kaki lagi ke Tugu,
yang jadi Icon Kota Malang. Menikmati sore disitu, sambil berfoto-foto. Buat
kamu yang lelah, di dalam areal Tugu ini banyak terdapat tempat duduk yang bisa
digunakan untuk bersantai sambil menikmati pemandangan kota, atau tanaman hias
yang mengelilingi tugu.
Taman Tugu Malang |
Hujan rintik-rintik tak
menyurutkan langkah kami untuk terus jalan-jalan. Menepi sejenak di warung
kopi, menikmati kopi jahe hangat sambil ngobrol dengan teman-teman. Cukup untuk
melepas lelah dan penat setelah 16 jam naik kereta dan berjalan-jalan.
Setelahnya, kami menuju taman pintar yang letaknya di depan stasiun Malang.
Disini banyak sekali orang yang sedang menikmati taman.
Hampir maghrib ketika kami
memutuskan untuk kembali ke penginapan. Kenapa kembali? Karena saya dan
teman-teman tidak berniat merayakan malam tahun baru dengan berdesak-desakan di
keramaian. Bosen sama yang ramai-ramai. Justru kami ke Malang mencari
ketenangan, dengan menghindari hiruk pikuk dan kemacetan kota. Cukup di Bandung
saja menikmati hal tersebut setiap hari.
Sampai di penginapan, kami
mencari makan malam yang letaknya tak jauh dari penginapan Safa. Sebuah Rumah
Makan yang di Plangnya jelas tertulis, “Spesialis Nasi Goreng”. Tapi menu yang
ditawarkan macam-macam. Tidak hanya nasi goreng saja. Teman saya Diah memesan
nasi goreng, Titin memesan ayam goreng tepung asam manis, mbak Yanti memesan
capcay goreng, dan saya memesan capcay kuah.
Rasanya?
Nightmare! Hahaha...
Rasa capcay saya seperti kolak.
Manis luar biasa, tanpa ada sedikitpun rasa gurihnya. Entah kokinya salah
memasukkan garam menjadi gula, atau memang tradisinya begini. Makanan Mbak
Yanti lebih parah lagi. Tapi yang paling parah adalah makanan pesanan Titin.
Rasanya nggak karuan. Duh, kalau nggak ingat membuang makanan adalah mubazir,
tentunya saya nggak akan bersedia makan makanan seperti itu. Harganya lumayan
pula. Rp. 17 ribu satu porsinya.
Tapi...nggak semua pesanan gagal.
Diah sangat menikmati nasi gorengnya. Menurutnya rasa nasi gorengnya sangat
enak dan bikin ketagihan. Kami perhatikan, rumah makan ini ramai pengunjung,
terutama yang take away. Dan hampir semuanya pesan nasi goreng.
Sontak, kami berempat tertawa.
Sudah jelas-jelas di plang Rumah Makan
ini tertera “Spesialis Nasi Goreng”, kok kami malah pesan yang lain. Jadi
warung makannya nggak salah-salah amat. Selain nasi goreng, rasa masakan yang
lain bukan tanggungan kami. Gitu kali ya hehehe...
So, makan malam hari pertama :
Rasanya GATOT. Gagal Total. Kami pun kembali ke penginapan
sambil tertawa.
No comments:
Post a Comment