Search This Blog

Friday, February 13, 2015

Itinerary Malang - Day 1



Rencana ini memang sudah lama dipikirkan. Berawal dari penukaran milleage Garuda Indonesia (saya hanya perlu bayar Rp. 87.000 untuk fuel charge tiket Malang-Jakarta) akhirnya saya memutuskan untuk menuju...Malang!

Liburan kali ini bisa dibilang ala ransel, bisa dibilang ala koper. Tengah-tengahnya lah ya, flashpacker. So, niatan buat tahun baruan di kota orang akhirnya terwujud. Meskipun ternyata, tiket kereta api dari Kota Bandung ke Stasiun Kota Malang dibanderol lumayan. Untuk kelas ekonomi plus, satu tiket kena Rp. 265.000,00. Tapi karena belinya 4 sekalian, jadinya dapet diskon. Jadi per tiket kereta Ekonomi Malabar jatuhnya Rp. 252.000 per orang.

Kereta Malabar baru menepi sekitar pukul 9.30. Satu hal yang menyebalkan, setelah kereta ini sampai di Blitar, perjalanan dari Blitar ke Kota Malang ditempuh dengan kecepatan siput. Super pelan. Kayaknya lebih kenceng naik sepeda deh (saya bandingin gini karena adakalanya jalan kereta bersisian dengan jalan raya. Dan pengayuh sepeda bahkan bisa nyalip kereta ini). So, total waktu tempuh dari Stasiun Bandung ke Stasiun Kota Malang adalah 16 Jam. Boleh telat, tapi nggak boleh kurang dari 16 jam itu.

Keluar stasiun kami memutuskan untuk sarapan di warung makan yang terletak tepat di depan stasiun Kota Malang. Nama warungnya lupa, tapi disitu banyak taksi yang mangkal. Saya pilih warung tersebut karena tahun lalu sebelum berangkat ke Bromo kami makan disitu, dan rasa masakannya enak-enak.

Setelah makan kami naik taksi ke penginapan Safa di Jl. Danau Tondano. Reviewnya bisa dilihat disini 
Tarif taksi dari stasiun ke penginapan adalah Rp. 35.000. Perjalanan sekitar 15 menit saja. Selanjutnya istirahat sebentar, dan selepas dzuhur kami mulai jalan lagi. naik angkot CKL dari depan penginapan, turun di Jl. MT. Haryono. Jalan kaki sambil menikmati Kota Malang yang sejuk, kemudian menepi di tempat makan Legendaris, Bakso Presiden. Suasana kala itu ramai sekali. Maklum, malam tahun baru. Antrian mengular panjang, tapi kami nggak nunggu terlalu lama kok. Review tentang tempat makan ini bisa dilihat disini

Depot Bakso Presiden
Habis makan bakso presiden, kami naik angkot menuju ke Balaikota. Tujuan utama : Museum Tempoe Doeloe. FYI, kalau kamu menggunakan aplikasi WAZE atau Google Maps, akan sangat membantu. Tapi...jalur angkot di Malang selalu saja berlawanan dengan jalan yang direkomendasikan oleh aplikasi tersebut. Yang paling TOP adalah pakai GPS mulut. Alias nanya orang. Warga Kota Malang ramah-ramah, dan pasti memberikan informasi yang akurat pada kita dengan senang hati. Contohnya, waktu kami salah naik angkot, salah satu penumpang angkot menjelaskan ke kami dengan panjang lebar. Bahkan ada penumpang yang duduk di samping pak supir sampai nelpon segala ke temennya, demi bisa ngasih info yang benar ke kita. Salut deh buat warga Malang.

Tugu Malang
Setelah jalan kaki sesuai dengan petunjuk bapak yang baik hati (salah satu penumpang angkot), akhirnya kami ketemu Balaikota Malang. Ternyata jalan di depan Balaikota ditutup karena malamnya akan diadakan pesta tahun baru. Iseng, kami masuk saja ke dalam areal Balaikota. Numpang lewat sama bapak-bapak pegawai Balaikota yang kebetulan sedang mengatur panggung. Ternyata mereka ramah sekali, bahkan menunjukkan dimana letak Museum Malang Tempoe Doeloe yang menjadi tujuan kami. Reviewnya bisa dilihat disini

Museum Malang Tempoe Doeloe
Well, ternyata Museum Tempoe Doeloe berada tak jauh dari Balaikota. Tepatnya di belakang balaikota, di lingkungan perumahan. Dari luar nampak kecil, tapi ternyata di dalamnya luas. Kami pun menghabiskan waktu disini. Puas menikmati Museum, kami jalan kaki lagi ke Tugu, yang jadi Icon Kota Malang. Menikmati sore disitu, sambil berfoto-foto. Buat kamu yang lelah, di dalam areal Tugu ini banyak terdapat tempat duduk yang bisa digunakan untuk bersantai sambil menikmati pemandangan kota, atau tanaman hias yang mengelilingi tugu.

Taman Tugu Malang
Hujan rintik-rintik tak menyurutkan langkah kami untuk terus jalan-jalan. Menepi sejenak di warung kopi, menikmati kopi jahe hangat sambil ngobrol dengan teman-teman. Cukup untuk melepas lelah dan penat setelah 16 jam naik kereta dan berjalan-jalan. Setelahnya, kami menuju taman pintar yang letaknya di depan stasiun Malang. Disini banyak sekali orang yang sedang menikmati taman. 


Hampir maghrib ketika kami memutuskan untuk kembali ke penginapan. Kenapa kembali? Karena saya dan teman-teman tidak berniat merayakan malam tahun baru dengan berdesak-desakan di keramaian. Bosen sama yang ramai-ramai. Justru kami ke Malang mencari ketenangan, dengan menghindari hiruk pikuk dan kemacetan kota. Cukup di Bandung saja menikmati hal tersebut setiap hari.

Sampai di penginapan, kami mencari makan malam yang letaknya tak jauh dari penginapan Safa. Sebuah Rumah Makan yang di Plangnya jelas tertulis, “Spesialis Nasi Goreng”. Tapi menu yang ditawarkan macam-macam. Tidak hanya nasi goreng saja. Teman saya Diah memesan nasi goreng, Titin memesan ayam goreng tepung asam manis, mbak Yanti memesan capcay goreng, dan saya memesan capcay kuah. 

Rasanya?
Nightmare! Hahaha...

Rasa capcay saya seperti kolak. Manis luar biasa, tanpa ada sedikitpun rasa gurihnya. Entah kokinya salah memasukkan garam menjadi gula, atau memang tradisinya begini. Makanan Mbak Yanti lebih parah lagi. Tapi yang paling parah adalah makanan pesanan Titin. Rasanya nggak karuan. Duh, kalau nggak ingat membuang makanan adalah mubazir, tentunya saya nggak akan bersedia makan makanan seperti itu. Harganya lumayan pula. Rp. 17 ribu satu porsinya. 

Tapi...nggak semua pesanan gagal. Diah sangat menikmati nasi gorengnya. Menurutnya rasa nasi gorengnya sangat enak dan bikin ketagihan. Kami perhatikan, rumah makan ini ramai pengunjung, terutama yang take away. Dan hampir semuanya pesan nasi goreng. 

Sontak, kami berempat tertawa. Sudah jelas-jelas di plang  Rumah Makan ini tertera “Spesialis Nasi Goreng”, kok kami malah pesan yang lain. Jadi warung makannya nggak salah-salah amat. Selain nasi goreng, rasa masakan yang lain bukan tanggungan kami. Gitu kali ya hehehe...

So, makan malam hari pertama : Rasanya GATOT. Gagal Total. Kami pun kembali ke penginapan sambil tertawa.

No comments:

Post a Comment