Search This Blog

Saturday, November 21, 2015

Menyusuri Gantong, Belitung Timur



Puas menikmati museum kata, saya melanjutkan perjalanan keliling Gantong. Mas Ari mengajak saya untuk menyusuri jejak-jejak laskar pelangi. Dari mulai pasar ikan Gantong, bangunan bersejarah tempat Ikal dan Arai bekerja sambilan, Kantor PN. Timah, juga tempat persembunyian Ikal waktu dikejar-kejar oleh para cukong. 
Pasar Tradisional Gantong
Bangunan Tua tempat persembunyian Ikal dan Arai
Kantor PN. Timah

Setelahnya, saya diajak melihat lokasi asli SD Muhammadiyah Gantong. Dulu, bangunan reyot itu berdiri di tengah-tengah lapangan, namun karena sekarang sudah dibangun sekolah negeri dengan bangunan permanen, maka SD Muhammadiyah Gantong diratakan dengan tanah. Alasannya sih karena sering banyak orang yang datang, baik wisatawan maupun reporter untuk meliput, sehingga mengganggu ketenangan belajar siswa di sekolah ini. 

Di tanah lapang itulah lokasi asli SD Muhammadiyah Gantong
Tak terasa, waktu menunjukkan pukul 11.30. Kami memutuskan untuk makan siang di Manggar. Ibukota Belitung Timur yang terkenal dengan sebutan kota seribu warung kopi. Singgah di sebuah rumah makan yang baru kami pengunjungnya. Tapi menurut Mas Ari, masakannya enak. Anyway, saya lagi kepengen makan Ikan Gangan, masakan khas Belitung yang berbumbu kuat itu. Sudah masuk waiting list food juga tuh di agenda saya. Namun saat dicari-cari di buku menu, Ikan Gangan tidak tecantum disitu. Membuat saya kecewa selama beberapa saat.


Bukan Mas Ari namanya kalau nggak bisa negosiasi. Dia langsung menghampiri koki, lalu minta dimasakkan Ikan Gangan. Saya kira sang koki nggak mau, tapi beliau malah mengajak saya masuk ke dapurnya, memilih langsung ikannya. Saya yang nggak ngerti, Cuma memilih ikan dari ukurannya saja. Saya pilih yang ukurannya besar, biar puas makannya. Hehehe...

Kata sang koki, itu namanya ikan bulat. Sejenis Ikan laut yang biasa dibuat untuk Gangan. Padahal menurut saya ikan itu nggak bulat bentuknya. Apapun lah ya...yang penting enak. Untuk pendampingnya, saya pilih Cah kangkung belacan dan tentunya, es jeruk kunci.

Pesanan pertama yang datang adalah es jeruk kunci. Saya pun langsung mencicipnya. Ternyata di tempat ini, es jeruk kuncinya sangat-sangat enak. Paling segar dan paling fresh rasanya. karena penasaran, saya pun bertanya ke Mas Ari kayak gimana sih bentuk jeruk kunci itu? 
 
Mas Ari masuk lagi ke dapur restaurant, dan mengambil satu buah jeruk kunci. Ternyata ukurannya hanya sedikit lebih besar dari jeruk limau, hanya saja tekstur kulitnya sama seperti jeruk Pontianak. Baunya juga harum. Di restaurant ini, jeruk yang digunakan masih sangat fresh. Pantas rasa minumannya jadi enak sekali.

Jeruk Kunci
Tak berapa lama, pesanan saya pun datang. Ternyata ikan Gangannya benar-benar porsi jumbo. Cah kangkungnya juga porsi jumbo. Padahal yang makan cuma saya berdua dengan Mas Ari. Lapar mata saja saya tadi memilih ikan yang gendut. Kami dikasih mangkuk-mangkuk kecil untuk menikmati lezatnya ikan Gangan ini.
Ikan Gangan
Saat dicicip, rasa kuah Ikan Gangan memang segar dan nggak amis sama sekali karena menggunakan nanas. Perpaduan bumbunya sempurna. Pas, dan meresap sampai ke ikannya. Ikannya juga masih fresh, belum mati empat kali seperti kalau saya makan seafood di Bandung :D Kalau di Bangka, masakan ini dikenal dengan nama Lempah kuning. Hanya sebutan namanya saja yang berbeda.

Cah kangkungnya juga segar. Dibuat dari bahan baku yang bagus, pengolahannya juga bagus. Bumbunya otentik banget, karena terasinya juga benar-benar terasi udang asli. Bukan terasi abal-abal. Hehe...

Pokoknya saya puas makan disini. Rating 4,5/5. Harga juga lumayan oke. untuk semangkuk besar Ikan Gangan dibanderol IDR 75.000, 2 porsi nasi putih IDR 12.000, 2 gelas es jeruk kunci IDR 10.000, dan satu porsi Kangkung Terasi IDR 18.000, Total semuanya IDR 115.000. Sebenarnya porsi segitu banyak bisa buat berempat, supaya nggak kekenyangan seperti kami :D

Oh iya, saya juga sempat mampir ke Rumah Ahok, atau Basuki Tjahaja Purnama, Gubernur DKI saat ini. Rumah Ahok ini terletak di Manggar, dan di depannya terdapat bangunan yang dinamakan Kampung Ahok. Di rumah Ahok ini disediakan batik khas Belitung beserta cara pembuatannya. Saya nggak mampir, karena memang lebih tertarik untuk berkeliling Manggar daripada melihat batiknya.


Rumah Ahok yang menyediakan Batik Khas Belitung
Bersambung....
Manggar, kota seribu warung kopi

No comments:

Post a Comment