Katanya nggak sah kalau ke
Belitung Timur tapi nggak mampir ke Pantai Nyiur Melambai. Sehingga di tengah
hari yang panas menyengat, saya pun diantar Mas Ari ke tempat ini. Sebelumnya
Mas Ari cerita ke saya, jangan pasang ekspektasi tinggi kalau ke pantai ini. Karena
terkesan agak kurang terawat dan penataannya kurang rapi.
Cangkir raksasa di Pantai Nyiur Melambai yang menggambarkan Kota Seribu Warung Kopi |
Berbeda dengan pantai yang ada di
Tanjung Pandan yang memiliki landscape asli yang indah juga penataan yang baik
dan bersih, Pantai Nyiur Melambai memang terkesan biasa saja. Bagus, namun tak
cukup membuat kita berasa gimanaaa gitu. Nggak tahu ya, malah agak berantakan
kalau menurut saya. Tadinya mungkin pantai ini ingin mengadopsi Pantai Losari di Makassar dengan memasang tulisan Pantai Nyiur Melambai. Tapi kayaknya salah tempat deh masangnya. Namanya pantai kan bagusnya ya tulisannya berada di dekat pantai, sehingga pusat perhatian pengunjung fokus, juga bisa berpose disitu sambil menikmati panorama pantai. Namun sayangnya, tulisan Pantai Nyiur Melambai malah ada di tempat parkir, yang agak jauh dari pantai. Latar belakangnya pun hanya semak belukar yang nggak rapi.
Landscape Pantai Nyiur Melambai |
Saya nggak lama di Pantai ini. Hanya duduk sebentar di bawah pohon sambil menikmati hembusan angin yang ternyata siang itu menghentak-hentak. Mungkin karena sudah masuk full moon kali ya...Terus lagi, siang itu pengunjung pantai ini hanya ada saya dan Mas Ari. Kondisi pantai super sepi, tanpa ada aktifitas menarik yang bisa dilihat. So, perjalanan pun berlanjut ke Bukit Samak.
Bukit Samak, tempat peristirahatan di atas awan.
Kenapa saya bilang gitu?
Karena pemandangan dari Bukit Samak ini indah sekali. Kita bisa melihat keseluruhan Landscape Pantai Nyiur Melambai dari tempat ini. Kalau kata Mas Ari, Bukit Samak ini dulunya merupakan tempat peristirahatan para pegawai PN. Timah. Dimulai dari C, B, lalu A di dataran yang paling tinggi. Posisi tersebut menggambarkan peringkat atau pangkat pegawai PN. Timah. Makin tinggi pangkatnya di perusahaan, maka semakin tinggi tempat peristirahatannya. Semakin indah pula pemandangan yang bisa dinikmatinya.
Diskriminatif banget ya? Ternyata nggak hanya ke orang lokal saja PN. Timah ini diskriminatif, seperti yang dikatakan Andrea Hirata di buku-bukunya. Di dalam perusahaan pun demikian. Nggak sesuai tuh sama teori-teori di buku Human Resource Management yang saya pelajari. Dimana kita harus bekerja dengan bahagia, diperlakukan setara dan tanpa diskriminasi supaya produktifitasnya selalu meningkat.
Anyway...Bukit Samak sendiri dikenal dengan A1. Dimana terdapat Villa tempat peristirahatan petinggi PN. Timah. Sayangnya, tempat ini benar-benar tidak terawat. Kata Mas Ari, dulu sempat ada kebun binatang mini, juga tempat bermain anak-anak yang bagus dan menyenangkan. Namun kini, semua terbengkalai sehingga terkesan menyeramkan.
Sebelum sampai di puncak A1, saya berhenti sebentar untuk memotret. Ada spot khusus yang disiapkan disini. Sebuah Gazeebo, yang mungkin dulunya cantik. Namun kini sudah reyot dan tak terawat. Dari tempat ini, kita bisa melihat pemandangan kayak gini nih:
Pemandangan dari Bukit Samak |
Kayak di negeri dongeng ya? Indah sekali. Meskipun aslinya jauh lebih indah sih...
Terus asyiknya, di Bukit Samak ini tenang sekali. Udaranya juga segar dengan suhu yang normal versi Bandung. Sekitaran 24 - 27 derajat celcius lah ya...Jadi sejuk.
Kalau dari A1, ini pemandangan yang bisa kita nikmati :
Pemandangan dari Bukit Samak, A1 |
Villa A1 |
Villa ini sekarang disewakan untuk umum. Saya sendiri lebih senang duduk di gazeebo yang disediakan. Tenang, jadi bisa sambil cari inspirasi buat nulis cerita. Mekipun disayangkan lagi nih...banyak banget sampah plastik, dan sepertinya nggak pernah ada yang bersihin. Karena disitu juga ada ranting-ranting patah yang terserak dimana-mana.
Semoga hal ini jadi perhatian buat Dinas Pariwisata Belitung Timur ya...banyak banget Pekerjaan Rumah nih untuk mereka. Pertama menyadarkan masyarakat kalau sekarang Timah sudah sangat sedikit jumlahnya, sehingga semestinya mereka beralih ke mata pencaharian yang lain. Potensi besar yang tersimpan adalah pariwisata, jadi infrastruktur yang mendukungnya harus menunjang. Selain itu, masyarakat diajak turut serta membangun daerahnya dengan kesiapan menerima wisatawan. Salah satunya dengan sikap, juga keramahan (hospitality) untuk meyakinkan wisatawan kalau mereka nggak salah memilih Belitung Timur sebagai destinasi wisata.
Juga perawatan dan pengaturan objek wisata. Sepanjang saya lihat sih Belitung ini potensinya banyak banget, tapi kurang digali. Banyak spot cantik yang diabaikan, juga banyak tempat yang "tadinya" cantik nggak dirawat, sehingga tak cantik lagi. Belitung Timur harus banyak bersolek kalau mau bersaing dengan tetangganya, Tanjung Pandan. Apalagi katanya Beltim mau dijadikan Objek Wisata kedua setelah Bali.
Duh malah jadi curhat ya...hehe
No comments:
Post a Comment