Masih ingat lagu itu?
Lagu yang membakar semangat,
terutama buat kita para generasi muda Indonesia. Lagu ini diciptakan oleh
Gombloh, dan pertama kali dinyanyikan oleh artis-artis musica pada tahun 1995.
Tepat pada peringatan 50 tahun Kemerdekaan Indonesia. Saat itu saya masih kecil.
Masih senang mainan petak umpet, petak jongkok, galahsin, egrang, dan
muter-muter nyari sawah di Jakarta. Tapi setiap RCTI memutarkan video klip lagu
itu, saya bakalan meninggalkan teman-teman sepermainan saya, dan cepat pulang
kerumah. Saya tak peduli ketika seluruh teman SD mengolok-olok saya “sok cinta Indonesia”. Sungguh saya tak
peduli. Karena saya sungguh-sungguh mencintai negeri ini.
Saking merasuknya lagu itu dalam
hati, saya sampai berpedoman kalau sudah besar nanti, saya harus bisa
mengamalkan isi syairnya. Demi merah putih, mari kita berusaha keras dalam
bekerja. Karena menurut saya, satu generasi muda yang bekerja keras, jauh lebih
baik daripada sepuluh senior yang pemalas dan suka mengeluh. Satu Guru tamatan
SD di pedalaman jauh lebih berguna daripada SARJANA cumlaude yang pengangguran
di kota Besar. Mari berusaha agar Jiwa dan Raga ini selaras dengan keanggunan
khas Bangsa Indonesia. Bukan keanggunan dalam hal kecantikan diri, namun
keanggunan dalam bersikap.
Kesantunan dan keramahan yang
dibalut kejujuran dan integritas tentunya akan membuat bangsa lain segan pada
kita.
Mari selalu berusaha agar jemari
ini senantiasa menuliskan kharisma Indonesia tercinta dalam setiap kesempatan.
Jika tak mampu melakukan sesuatu yang besar, minimal dengan tulisan kita bisa
memberitahukan pada dunia tentang sisi Indonesia yang indah, yang unik
budayanya, yang ramah masyarakatnya, yang eksotis alamnya, yang mengagumkan
lautnya, yang memesona gunungnya, dan lepas dari segala sesuatu berbau politik
di luar sana. Tak lupa, kita tampik segala pengaruh buruk dengan perisai
IDEOLOGI PANCASILA.
Saya tak peduli dengan golongan
yang mengecam buruknya pemerintahan negeri ini. Bukan karena saat ini saya
bekerja untuk pemerintah, bukan sama sekali. Melainkan karena kebencian saya
dengan TONG KOSONG NYARING BUNYINYA! Berkoar
namun tak berbuat. Mencaci tapi ungkang-ungkang kaki. Mari kita konsisten agar
kepal tangan ini menunaikan kewajiban sebagai putra dan putri bangsa. Kita
lakukan apa yang bisa kita lakukan. Kita
lakukan yang terbaik. Kita bantu apa
yang bisa kita bantu. Kita permudah urusan yang bisa kita mudahkan. Kita
sebarkan ilmu yang kita punya. Walaupun ilmu ini tak banyak, namun demi Tuhan,
saya yakin ilmu tersebut akan dapat memberikan sesuatu yang berarti kelak.
Tidak hanya untuk kita, tapi demi persatuan dan kesatuan Indonesia. Seperti
filosofi pasir. Jika mereka sendiri, maka tak berarti. Jika mereka bersatu,
maka pondasi yang kokoh pun akan berdiri.
Selamat ulang tahun negeriku. Usiamu memang belum setua negara-negara
adidaya. Namun hingga saat ini kau selalu kubanggakan. Karena aku tahu, dengan
luasnya wilayahmu, maka butuh waktu untuk menjadikanmu terintegrasi satu sama
lain. Terperhatikan satu sama lain.
Tak peduli bagaimana orang mencacimu, kau tetap Indonesiaku. Yang
senantiasa akan kujaga, kulindungi, dan kupromosikan sekuat aku mampu. Aku
percaya kharismamu akan kembali menyatukan seluruh rakyat dalam naungan Merah
Putih.
Dirgayahu Republik Indonesia,
MERDEKA!
No comments:
Post a Comment