Search This Blog

Friday, August 16, 2013

Gadget's Block


Istilah ini saya bikin sendiri. Biasanya kan orang kena writer’s block tuh, suatu keadaan dimana seorang penulis kehilangan inspirasi, dan nggak bisa nulis apa-apa. Kalau saya jarang banget mengalami writer’s block. Saya bukan tipically orang yang bingung harus menuliskan apa. Karena setiap kejadian yang saya alami bisa jadi tulisan. Seperti halnya ngobrol yang bisa dilakukan dimana saja, saya pun bisa nulis dengan asyik di rumah, di jalan, di kantor, di mall, di emperan jalan, di kereta, di pesawat, di mobil, asalkan nggak lagi nyetir. Nah, kalau Gadget’s block, sering banget!!! sebagai orang yang bekerja dengan mengandalkan koneksi internet, keadaan ini memang tidak bagus. Namun seringkali, kita perlu “mengistirahatkan” gadget kita supaya kita punya waktu buat diri sendiri, dan buat keluarga tentunya. Setiap menit, bahkan setiap detik, selalu saja ada notifikasi email masuk. WhatsApp, Line, Instagram, Path, Facebook, Goodsreads, dan beberapa forum yang saya ikuti mengantarkan saya ke titik jenuh. Sehingga berujung pada keputusan blocking the gadget’s. Baik itu Tablet PC, maupun handphone. Ditambah lagi, komputer. Sebagai gantinya, saya menikmati menulis di atas kertas. Mengasah kemampuan menulis indah (banyak orang yang tulisannya jadi tambah jelek akibat keseringan ngetik di komputer, tab, atau HP). Membaca buku, menikmati setiap lembarnya, dan untuk memperoleh berita, saya baca majalah, surat kabar, dan tabloid dalam bentuk cetak. Saya sungguh-sungguh menikmatinya.

Saya sadar perbuatan saya merugikan orang lain. Bahkan bisa merugikan bisnis saya atau kerjaan saya. Tapi jika saya tidak melakukan blocking tersebut, saya seringkali terlena. Kejenuhan terus bertumpuk hingga mencapai titik kulminasi. Imbasnya, jadi wasting time dan produktivitas menurun. Bahayanya, kalau sampai kena writer’s block. Ya. Disadari maupun tidak, saking terbukanya komunikasi dan informasi justru bisa bikin kita nggak bisa nulis apa-apa. Nggak bisa mengeluarkan ide kreatif, dan nggak bisa beranjak dari depan meja komputer. Kita terpenjara dalam terali yang kita ciptakan sendiri. Bahkan jangan-jangan, saking seringnya berkomunikasi dengan media internet dan telepon, lama-lama kita kehilangan kepekaan terhadap bahasa tubuh seseorang. Semakin autis, nggak pedulian, dan nggak ambil pusing. Toh teman bisa dicari dari seluruh dunia, lewat media sosial tentunya. Padahal sejatinya, kita hidup dalam dunia Nyata. Kalau misalkan *amit-amit, anda sakit, tapi nggak ada orang selain komputer. Anda hanya bisa ngetik di whatsApp, line, atau pasang status di facebook dan twiter “Tolong, Gue sakit.”

Percayalah. Jawaban teman-teman anda pastilah, “Sakit apa?” --> Anda : lah malah balik nanya. Ngetik aja susah, suruh jawab pertanyaan lagi.
Atau kata-kata simpatik seperti, “Cepet sembuh yaa...” 
“Get well Soon..” 
atau yang parah, “Kenapa lo? Tumben bisa sakit.”

Iya kalau salah satu dari mereka datang dan langsung menolong. Kalau nggak? Kemanakah anda akan pergi?

No comments:

Post a Comment