Suatu waktu saya menghadiri sebuah majelis. Temanya tentang, JODOH. Hmm...kayaknya
perlu didenger nih. Pikir saya. Yang menyampaikan kebetulan anak muda. Mungkin
umurnya nggak jauh dari saya. Dia mau membedah buku karyanya, yang dia tulis
bersama ustadz yang sudah saya kenal sejak lama. Buku tentang Jodoh. Dengan
ekspektasi tinggi, saya turut mendengarkan. Awalnya, saya memaklumi gaya
bicaranya yang terpatah-patah dan nggak enak didengar. Nggak apa-apa deh,
pemula. Selalu ada pemakluman buat yang baru belajar. Tapi lama-lama, ucapannya
malah bikin telinga saya gatel, hati saya kesel. Pasalnya, dia mengeluarkan
statement yang sorry-sorry to say nih, jauh dari kata bijaksana bagi seorang
muslim.
Dia bilang, “Jodoh memang di
tangan Tuhan, tapi kalau kita nggak berusaha mengambilnya, maka akan tetap di
tangan Tuhan.”
Udah gitu dengan menggebu-gebu
dia bilang gini lagi, “Salah satunya, kita harus berusaha keras kalau mau dapet
jodoh. Karena jodoh harus dicari. Berusaha aja lewat kenalan, bergaul, minta
dicariin sama temen, sama orang tua,...” dan lain sebagainya. Yang buat saya
hanya sebatas opini dan teori. Padahal katanya, dia mau menyangkal teori buku
penulis lain soal “Menikahlah!”
Ckckckck...apapun maksudnya, saya
hanya bisa tersenyum #sinis sekaligus sebel. Dari awalnya memaklumi malah
sekarang saya ngejudge dia sok tahu. Buat saya, dalam komunikasi peran bahasa
adalah segalanya. Setelah bahasa, ada cara penyampaian dan INTONASI. Sehingga
audiens tertarik untuk mendengarkan, juga menangkap informasi secara jelas,
gamblang, tidak menyinggung perasaan, dan karena ini majelis, harus ada unsur
memotivasi audiens. Bukannya malah membuat orang yang mendengar jadi berkecil
hati.
Oke, saya jelasin saja deh kritik
saya :
Pertama soal statement, “Jodoh memang di tangan Tuhan, tapi kalau
kita nggak berusaha mengambilnya, maka akan tetap di tangan Tuhan.”
Opini saya : Emangnya Tuhan
sepelit itu sampai kekeuh megang jodoh kita di tanganNya?
Fakta : Tuhan itu maha pengasih
lagi maha penyayang. Titik.
Dengan mengetahui dan meyakini
bahwa Tuhan Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sebagai manusia tentunya kita
nggak boleh ngomong gitu dong. Buat apa Tuhan ngumpetin jodoh kita? Buat apa
pula menggenggam erat jodoh kita?
Kedua, statement bahwa “Kita harus berusaha keras kalau mau dapet jodoh. Karena jodoh harus dicari. Berusaha aja lewat kenalan, bergaul, minta
dicariin sama temen, sama orang tua,...”
Itu opini dia. Meskipun saya
lebih menyukai bahwa usaha yang dimaksud bukanlah usaha nyari-nyari jodoh. Yang
saya percaya, jodoh memang sudah digariskan dan diatur oleh Tuhan yang maha
kuasa. Sudah ditetapkan tuh tanggal ketemunya. Bahkan waktu, jam, menit, dan
detiknya pun sudah ditetapkan. Jodoh memang merupakan takdir ikhtiari, artinya
takdir yang bisa diikhtiarkan. Bisa diusahakan. Tapi dengan caranya
masing-masing. Untuk statement “bergaul”, jika ada orang yang pergaulannya
luas, sikapnya santun, sudah minta dikenalkan oleh teman, saudara, dan
dicarikan pula oleh orang tua, tapi jodohnya nggak dateng juga gimana coba?
Nggak usahlah mendikte orang
dengan nyari-nyari jodohnya lewat sini, situ, minta dicariin temen, kenalan,
ajak nikah, dan lain sebagainya. Emangnya kita murahan?
Nggak. Sesuatu yang bagus, berkualitas
dan mahal biasanya nggak diobral. Nggak dipajang saat SALE. Dia tersimpan
manis, di tempat yang istimewa. Karena yang berani ngambil juga orang yang
istimewa dan berkualitas juga. Agar pantas dan sekufu jika disandingkan. Serasi
dan setimbang.
Usaha keras dalam pencarian
jodoh?
Itu juga opini. Saya nggak setuju
dengan kata, “mencari jodoh”. Nggak. Seperti yang sudah saya utarakan tadi,
Jodoh sudah ditetapkan. Pasti datang sendiri, jika memang sudah saatnya. Mau
jungkir balik usaha dan berdoa sekuat apapun, kalau memang Tuhan belum
berkehendak, ya nggak bakalan terlaksana. Nggak bakalan ketemu. Faktanya,
banyak orang yang nggak bergaul, nggak berusaha, bahkan kerjaannya ngumpet di
labirin pun bisa dapat jodoh. Kalau bukan karena kuasa Tuhan, karena siapa
coba?
Nah, untuk mengisi waktu dalam
menunggu “saat yang ditetapkan Tuhan” tersebut, ikhtiar terbaik yang dilakukan
adalah dengan terus memperbaiki diri. Meningkatkan kualitas dan performa anda
dengan cara beribadah, bekerja, mengamalkan ilmu, menebar benih kebaikan,
bermanfaat buat orang lain, tenggang rasa dan toleransi dengan sesama, dan
amalan shaleh lainnya.
Kenapa?
Saya balikin lagi deh ke firman
Allah, wanita yang baik diciptakan untuk
laki-laki yang baik, begitupula sebaliknya.
Kalau mau dapet jodoh baik dan
berkualitas, maka pantaskanlah diri anda untuk mendapatkannya. Baikkan dulu
diri anda. Tingkatkan dulu kualitas anda. Supaya anda pantas bersanding dengannya. Analoginya sama saja kalau kita mau lulus ujian.
Kita harus terus memperbaiki diri bukan? Mengasah kemampuan, banyak latihan, menebalkan
iman dan memperkuat ibadah supaya kita pantas untuk diluluskan.
Lantas jika ada statement lagi
yang membantah dan mengatakan,
“Pantesan nggak dapet-dapet jodoh. Pemilih sih.”
Opini saya : Ya iyalah pemilih.
Siapa diantara manusia di muka bumi ini yang nggak memilih jodohnya? Apapun
hasilnya, pasti itu merupakan sebuah pilihan. Lagian, jodoh kan ibaratnya
aurat kita nantinya. Seperti baju yang akan kita kenakan seumur hidup. Beli
baju buat dipakai kondangan sekali saja kita memilih, apalagi baju yang bakal
dipakai seumur hidup?
No comments:
Post a Comment