Search This Blog

Monday, July 15, 2013

JODOH?



Suatu waktu saya menghadiri sebuah majelis. Temanya tentang, JODOH. Hmm...kayaknya perlu didenger nih. Pikir saya. Yang menyampaikan kebetulan anak muda. Mungkin umurnya nggak jauh dari saya. Dia mau membedah buku karyanya, yang dia tulis bersama ustadz yang sudah saya kenal sejak lama. Buku tentang Jodoh. Dengan ekspektasi tinggi, saya turut mendengarkan. Awalnya, saya memaklumi gaya bicaranya yang terpatah-patah dan nggak enak didengar. Nggak apa-apa deh, pemula. Selalu ada pemakluman buat yang baru belajar. Tapi lama-lama, ucapannya malah bikin telinga saya gatel, hati saya kesel. Pasalnya, dia mengeluarkan statement yang sorry-sorry to say nih, jauh dari kata bijaksana bagi seorang muslim.

Dia bilang, “Jodoh memang di tangan Tuhan, tapi kalau kita nggak berusaha mengambilnya, maka akan tetap di tangan Tuhan.”

Udah gitu dengan menggebu-gebu dia bilang gini lagi, “Salah satunya, kita harus berusaha keras kalau mau dapet jodoh. Karena jodoh harus dicari. Berusaha aja lewat kenalan, bergaul, minta dicariin sama temen, sama orang tua,...” dan lain sebagainya. Yang buat saya hanya sebatas opini dan teori. Padahal katanya, dia mau menyangkal teori buku penulis lain soal “Menikahlah!”

Ckckckck...apapun maksudnya, saya hanya bisa tersenyum #sinis sekaligus sebel. Dari awalnya memaklumi malah sekarang saya ngejudge dia sok tahu. Buat saya, dalam komunikasi peran bahasa adalah segalanya. Setelah bahasa, ada cara penyampaian dan INTONASI. Sehingga audiens tertarik untuk mendengarkan, juga menangkap informasi secara jelas, gamblang, tidak menyinggung perasaan, dan karena ini majelis, harus ada unsur memotivasi audiens. Bukannya malah membuat orang yang mendengar jadi berkecil hati.

Oke, saya jelasin saja deh kritik saya :

Pertama soal statement, “Jodoh memang di tangan Tuhan, tapi kalau kita nggak berusaha mengambilnya, maka akan tetap di tangan Tuhan.”

Opini saya : Emangnya Tuhan sepelit itu sampai kekeuh megang jodoh kita di tanganNya?

Fakta : Tuhan itu maha pengasih lagi maha penyayang. Titik.
Dengan mengetahui dan meyakini bahwa Tuhan Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, sebagai manusia tentunya kita nggak boleh ngomong gitu dong. Buat apa Tuhan ngumpetin jodoh kita? Buat apa pula menggenggam erat jodoh kita?

Kedua, statement bahwa “Kita harus berusaha keras kalau mau dapet jodoh. Karena jodoh harus dicari. Berusaha aja lewat kenalan, bergaul, minta dicariin sama temen, sama orang tua,...”

Itu opini dia. Meskipun saya lebih menyukai bahwa usaha yang dimaksud bukanlah usaha nyari-nyari jodoh. Yang saya percaya, jodoh memang sudah digariskan dan diatur oleh Tuhan yang maha kuasa. Sudah ditetapkan tuh tanggal ketemunya. Bahkan waktu, jam, menit, dan detiknya pun sudah ditetapkan. Jodoh memang merupakan takdir ikhtiari, artinya takdir yang bisa diikhtiarkan. Bisa diusahakan. Tapi dengan caranya masing-masing. Untuk statement “bergaul”, jika ada orang yang pergaulannya luas, sikapnya santun, sudah minta dikenalkan oleh teman, saudara, dan dicarikan pula oleh orang tua, tapi jodohnya nggak dateng juga gimana coba?

Nggak usahlah mendikte orang dengan nyari-nyari jodohnya lewat sini, situ, minta dicariin temen, kenalan, ajak nikah, dan lain sebagainya. Emangnya kita murahan?

Nggak. Sesuatu yang bagus, berkualitas dan mahal biasanya nggak diobral. Nggak dipajang saat SALE. Dia tersimpan manis, di tempat yang istimewa. Karena yang berani ngambil juga orang yang istimewa dan berkualitas juga. Agar pantas dan sekufu jika disandingkan. Serasi dan setimbang.

Usaha keras dalam pencarian jodoh?
Itu juga opini. Saya nggak setuju dengan kata, “mencari jodoh”. Nggak. Seperti yang sudah saya utarakan tadi, Jodoh sudah ditetapkan. Pasti datang sendiri, jika memang sudah saatnya. Mau jungkir balik usaha dan berdoa sekuat apapun, kalau memang Tuhan belum berkehendak, ya nggak bakalan terlaksana. Nggak bakalan ketemu. Faktanya, banyak orang yang nggak bergaul, nggak berusaha, bahkan kerjaannya ngumpet di labirin pun bisa dapat jodoh. Kalau bukan karena kuasa Tuhan, karena siapa coba?

Nah, untuk mengisi waktu dalam menunggu “saat yang ditetapkan Tuhan” tersebut, ikhtiar terbaik yang dilakukan adalah dengan terus memperbaiki diri. Meningkatkan kualitas dan performa anda dengan cara beribadah, bekerja, mengamalkan ilmu, menebar benih kebaikan, bermanfaat buat orang lain, tenggang rasa dan toleransi dengan sesama, dan amalan shaleh lainnya.

Kenapa?
Saya balikin lagi deh ke firman Allah, wanita yang baik diciptakan untuk laki-laki yang baik, begitupula sebaliknya.

Kalau mau dapet jodoh baik dan berkualitas, maka pantaskanlah diri anda untuk mendapatkannya. Baikkan dulu diri anda. Tingkatkan dulu kualitas anda. Supaya anda pantas bersanding dengannya. Analoginya sama saja kalau kita mau lulus ujian. Kita harus terus memperbaiki diri bukan? Mengasah kemampuan, banyak latihan, menebalkan iman dan memperkuat ibadah supaya kita pantas untuk diluluskan.

Lantas jika ada statement lagi yang membantah dan mengatakan,
“Pantesan nggak dapet-dapet jodoh. Pemilih sih.”

Opini saya : Ya iyalah pemilih. Siapa diantara manusia di muka bumi ini yang nggak memilih jodohnya? Apapun hasilnya, pasti itu merupakan sebuah pilihan. Lagian, jodoh kan ibaratnya aurat kita nantinya. Seperti baju yang akan kita kenakan seumur hidup. Beli baju buat dipakai kondangan sekali saja kita memilih, apalagi baju yang bakal dipakai seumur hidup?

No comments:

Post a Comment